"Ledakan ini menutup keruntuhan Lebanon. Saya benar-benar menyalahkan kelas penguasa," kata Hassan Zaiter, 32, seorang manajer di Hotel Le Gray yang rusak parah di pusat Kota Beirut, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Terungkap, Ini Alasan Bantal dan Guling Jadi Salah Satu Pemicu Kanker
Menteri Kesehatan Lebanon mengatakan kepada televisi Al Manar, korban tewas bertambah menjadi 135, dengan sekitar 5.000 orang terluka dan puluhan lainnya masih hilang, ketika pencarian korban berlanjut setelah gelombang kejut dari ledakan itu melemparkan beberapa korban ke laut.
Kerabat berkumpul di Pelabuhan Beirut mencari informasi tentang keluarga mereka yang masih belum ditemukan.
Banyak dari mereka yang tewas adalah karyawan pelabuhan dan Bea Cukai, orang-orang yang bekerja di daerah itu, atau yang mengemudi di dekatnya selama jam sibuk Selasa malam.
Pukulan mematikan bagi Beirut
Palang Merah Lebanon berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk mendirikan kamar mayat karena rumah sakit kewalahan.
"Pusat Medis Clemenceau di Beirut seperti rumah jagal, darah menutupi koridor dan lift," ungkap Sara, salah seorang perawat, seperti dilansir Reuters.
Gubernur Beirut Marwan Abboud mengungkapkan kepada penyiar LBC, ledakan tersebut telah menyebabkan kerusakan senilai hingga US$ 5 miliar, dan mungkin lebih, dan tak kurang dari 250.000 orang kehilangan tempat tinggal.
"Ini adalah pukulan mematikan bagi Beirut, kami adalah zona bencana," ujar Bilal, warga Beirut berusia 60-an tahun yang tinggal di pusat kota.