Jadi, jari-jari yang keriput adalah tanda sistem saraf kita utuh dan lengkap.
Hal ini juga menunjukkan bahwa keriput di jari setelah kena air merupakan reaksi yang tidak disengaja oleh sistem saraf otonom tubuh, sistem yang juga mengontrol pernapasan, detak jantung, dan keringat.
Padahal, kerutan khas tersebut disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah di bawah kulit. Dilansir Scientific American, pada tahun 2011 Mark Changizi, seorang ahli saraf evolusi di 2AI Labs di Boise, Idaho bersama koleganya menyebut bahwa kerutan di jari merupakan proses aktif yang memiliki fungsi evolusioner.
Tim juga menunjukkan bahwa pola kerutan tampaknya berfungsi meningkatkan cengkeraman saat berada di air.
Baca Juga: Ada Kasus Corona Covid-19 Disertai Peradangan Otak, Apa Sebabnya?
Namun, hingga sekarang tidak ada bukti bahwa jari-jari yang berkeriput memang memberi keuntungan.
Dalam studi terbaru, tim meminta peserta penelitian mengambil benda basah atau kering termasuk kelereng yang memiliki ukuran berbeda, dengan tangan normal atau dengan jari berkerut setelah direndam dalam air hangat selama 30 menit.
Hasilnya, peserta lebih cepat mengambil kelereng basah dengan jari keriput, dibanding kelereng kering.
Namun, jari berkerut tidak berpengaruh pada benda kering yang bergerak. Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal Biology Letters. "Kami telah menunjukkan bahwa jari-jari yang keriput memberikan cengkeraman lebih baik dalam kondisi basah.
Ini berfungsi seperti pola ban mobil yang bersentuhan dengan jalan dan tetap memberi cengkeram yang baik," kata Tom Smulders, ahli biologi evolusi di Newcastle University, Inggris dan salah satu penulis makalah ini.
Mencengkeram erat Smulders menambahkan, jari-jari yang keriput bisa membantu nenek moyang kita mengumpulkan makanan dari vegetasi atau sungai basah.