IDEAOnline-Ada banyak cara untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia.
Tak hanya melalui pendidikan formal, namun juga berbagai inisiatif yang dilakukan masyarakat luas.
Contohnya adalah melalui arsitektur, seperti yang dilakukan oleh arsitek dan pendiri SHAU, Daliana Suryawinata dan Florian Heinzelmann.
Keduanya berinisiatif mendirikan perpustakaan menjangkau masyarakat dengan strategi menjangkau komunitas.
Proyek yang dijalankan saat ini adalah menginisiasi berdirinya microlibrary, sebuah proyek kolaborasi dengan berbagai stakeholder seperti Pemerintah, Corporate Social Responsibility (CSR), yayasan, dan komunitas.
"Kami melihat bahwa minat baca masyarakat Indonesia masih rendah, dan ingin mencoba meningkatkannya dengan membuat microlibraries yang menjangkau masyarakat dengan strategi merangkul ruang-ruang komunitas," ucap Daliana Kamis (2/4/2020) yang dikutip Kompas.com.
Tak hanya perpustakaan, setiap bangunan microlibrary juga berfungsi sebagai tempat bermain dan berkumpul warga.
Baca Juga: Didesain Nyaman untuk Kerja di Rumah, I-Brick pada Pagar Bikin Hunian Tampil Natural
Salah satunya adalah sebuah perpustakaan mini yang berada di Taman Kasmaran, Semarang, Jawa Tengah yang diberi nama Microlibrary Warak Kayu.
Perpustakaan ini tercipta dari inisiatif berbagai pihak, seperti Arkatama Isvara Foundation (AIF) sebagai penyandang dana.
Daliana menuturkan, pihak AIF tertarik untuk berkolaborasi dan mendirikan perpustakaan dari kayu.
"AIF memang sudah lama ingin mendirikan perpustakaan dari kayu. Maka berbagai inisiatif bertemu dalam kegiatan ini, tidak hanya inisiatif pribadi kami saja. It’s a great collaboration," kata Daliana.
Adapun tim SHAU Architects yang mengerjakan Microlibrary Warak Kayu terdiri dari Florian dan Daliana.
Kemudian Rizki Maulid Supratman, Muhammad Ichsan, Alfian Reza Almadjid, Multazam Akbar Junaedi.
Sementara Structural Engineer dikerjakan oleh Joko Agus Catur Wibowo. Hewan mitologi Nama Warak Kayu sendiri terinspirasi dari pola susunan wajik pada fasad yang menyerupai sisik hewan mitologi khas Semarang, Warak.
Keunikan desain bangunan antara lain fasad yang mengikuti bentuk wajik.
Baca Juga: 4 Kayu Solid Moncer untuk Furnitur, Simak Plus Minus Tiap Jenisnya!
Menurutnya, bentuk tersebut tercipta dari sistem konstruksi Zollinger dari Jerman dan menyerupai sisik kulit Warak.
"Metode konstruksi fasad ini bernama Zollinger Bauweise asal Jerman yang disesuaikan secara tropis untuk penghawaan silang, shading, dan pencahayaan yang baik," tutur Daliana.
Tak hanya itu, desain arsitekturnya menerapkan gaya rumah panggung.
Daliana mengungkapkan, desain ini diterapkan guna memaksimalkan lantai dasar yang bisa digunakan sebagai ruang bermain dan aktivitas.
Desain tersebut sebelumnya juga diterapkan di Microlibrary Bima.
Perpustakaan yang didirikan di Kota Bandung ini dirancang dengan 2.000 ember plastik yang digunakan untuk membentuk dinding bangunan.
Menurut Florian, belajar dari desain yang diterapkan di Microlibrary Bima di mana masyarakat memanfaatkan ruang bawah sebagai lokasi aktivitas, maka desain tersebut diterapkan pula di Microlibrary Warak Kayu.
"Elemen-elemen seating tribune yang bisa dipakai untuk lecture, duduk, aktivitas workshop, ada ayunan kayu untuk anak-anak. Di dalam perpustakaan ada jaring untuk duduk atau bersantai membaca," ucap Florian.
Persamaan lainnya, menurut Florian, adalah konsep screen layering pada fasad bangunan.
Baca Juga: Lantai Kayu Engineered, Apa Keunggulannya Dibanding Parket Laminated?
Dia mengatakan elemen tersebut menyaring langsung cahaya matahari yang mengenai bangunan.
Dengan demikian, panas dari matahari tidak langsung masuk ke dalam ruangan, namun tetap menerangi bangunan tanpa lampu pada siang hari.
Tak hanya itu, desain fasad di perpustakaan ini juga berfungsi untuk penghawaan silang sehingga mendinginkan interior bangunan tanpa harus menggunakan pendingin ruangan.
"Ada secondary layer untuk menghalangi hujan, intinya performa bangunan mirip satu sama lain," kata dia.
Material bangunan Keseluruhan bangunan didirikan seluas 90 meter persegi dengan tinggi 6,65 meter.
Desainnya sendiri, menurut Florian, menekankan pada arsitektur tropis berkelanjutan.
Daliana menuturkan, penggunaan material kayu yang bersertifikat Forest Stewardship Council (FSC).
Florian mengungkapkan, produk maupun spesies kayu yang digunakan pun bervariasi, antara lain plywood berbasis kayu Meranti untuk eksterior bangunan.
Kemudian Finger Joint Laminate dari kayu Bangkirai untuk struktur kolom dan balok.
Jenis kayu ini memiliki ketahanan akan cuaca yang tinggi dan sering digunakan untuk furnitur dan dek luar ruangan.
Lalu kayu sisa pabrik yang dipakau ulang sebagai elemen interior lantai.
Menurut Florian, seluruh material kayu dibuat secara fabrikasi di pabrik lalu diangkut ke lokasi.
Dengan cara ini, waktu konstruksi bisa lebih ceppat dan tidak mengganggu lingkungan sekitar. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bermain dan Belajar di Microlibrary Warak Kayu, Perpustakaan Mini Semarang"
#berbagiIDEA