IDEAOnline-Awal tahun ini, publik disuguhi gambar-gambar udara bersih dan langit yang cerah akibat lockdown pandemi corona.
Namun nyatanya, sejak awal tahun 2020 polusi udara masih bertanggung jawab atas kematian prematur sekitar 98.000 orang di dunia.
Sementara potensi kerugian ekonomi diperkirakan mencapai 56,5 miliar dollar AS, demikian menurut perangkat penghitungan udara bersih yang diluncurkan oleh gabungan aktivis lingkungan pada hari Kamis (9/7/2020).
Perangkat yang dapat melakukan kalkulasi polusi udara secara online ini diluncurkan oleh Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA) yang berbasis di Helsinki, Finlandia, bersama Greenpeace Asia Tenggara dan IQAir Air Visual.
Alat ini mengukur kabut asap di 28 kota besar di seluruh dunia dan menggunakan model yang dirancang oleh program penelitian Global Burden of Disease untuk memperkirakan dampak polusi udara terhadap kesehatan manusia.
Tingginya tingkat polusi udara berkorelasi dengan berbagai penyakit, seperti gangguan paru kronis, penyakit jantung, stroke, dan kanker paru-paru yang juga berimbas pada produktivitas ekonomi.
Potensi kerugian ekonomi akibat polusi udara dihitung dengan memperkirakan faktor-faktor seperti absen kerja dan kehilangan tahun-tahun produktif karena sakit.
Kota-kota dengan penduduk padat seperti Tokyo, New Delhi, dan Shanghai pun tercatat mengalami kerugian besar. Menurut perangkat hitung tersebut, sejak 1 Januari 2020, ada sekitar 29.000 kematian prematur di Tokyo, Jepang, yang berpenduduk sekitar 37 juta jiwa.
Baca Juga: Keracunan Polutan Bisa Akibatkan Kematian, Kenali Gejala & Solusinya
Sementara di New Delhi, India, yang berpenduduk sekitar 30 juta, diestimasikan terdapat 24.000 kematian prematur.