Namun, konsentrasi senyawa nitrogen dioksida atau NO2 memang menurun sebanyak 33 persen.
Penurunan konsentrasi NO2 di Jakarta sebagian besar disebabkan oleh penurunan kegiatan pada sektor transportasi dan industri selama masa PSBB.
Akan tetapi, penurunan ini tidak berlangsung lama.
Dalam pesan singkatnya kepada DW Indonesia, Bondan Andriyanu, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia mengatakan, sejak masa transisi PSBB justru terlihat tren kenaikan polusi udara di Jakarta.
Dalam masa PSBB transisi, konsentrasi PM2.5 dan NO2 di Jakarta justru terus meningkat.
Bahkan pada 15 Juni 2020, Jakarta berada di daftar lima kota dengan kualitas udara terburuk di dunia, demikian menurut database IQAir Visual.
Bondan mengatakan bahwa kualitas udara aktual di Jakarta menunjukkan, solusi pemerintah untuk menghadapi masalah polusi udara masih jauh dari optimal.
“Perlu ada langkah nyata dan rencana jangka panjang dari pemerintah,” ujar Bondan kepada DW Indonesia.
Upaya yang dapat dilakukan antara lain memberikan data polusi udara secara realtime kepada publik dengan menyediakan alat pantau yang representatif, melakukan upaya mitigasi atas bahaya polusi udara, dan mengedukasi publik akan bahaya dan dampak polusi udara bagi kesehatan.
Selain itu, perlu juga langkah bersama antar-pemerintah daerah guna mengatasi polusi udara lintas batas. Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul Polusi Udara Tahun 2020 Tewaskan Hampir 100.000 Orang di Dunia
#Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork
(*)