Follow Us

Yuk Kenali Perilaku Anak, Bedakan Anak Aktif dengan Hiperaktif

Kontributor 01 - Kamis, 12 November 2020 | 17:00
Ilustrasi anak dan perilakuknya.
grid.id

Ilustrasi anak dan perilakuknya.

IDEAOnline-Anak yang aktif secara fisik tentu baik untuk kesehatan.

Namun, ketika anak tampak terlalu aktif dan memiliki energi yang tak habis-habis, orangtua mulai khawatir apakah anak mereka termasuk hiperaktif.

Menurut dr. Catharine Mayung Sambo Sp.A (K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial RS Pondok Indah, secara umum tidak ada panduan atau perangkat yang mengukur kadar aktivitas anak dengan tepat untuk menyatakan apakah seorang anak, baik laki-laki maupun perempuan, aktif atau hiperaktif.

Attention deficit hyperactivity disorder ( ADHD) atau gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) adalah gangguan perkembangan saraf kompleks yang dapat memengaruhi kesuksesan anak di sekolah.

Selain itu, anak dengan ADHD juga cenderung tidak percaya diri dan sulit membangun relasi yang baik dengan sekitarnya.

Hal itu karena, ADHD mencakup kombinasi masalah yang terus-menerus, seperti kesulitan memertahankan perhatian, hiperaktif, dan perilaku impulsif.

Melansir Mayo Clinic, ADHD lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan, dan perilaku dapat berbeda pada anak laki-laki dan perempuan.

Misalnya, anak laki-laki mungkin lebih hiperaktif dan anak perempuan cenderung lalai.

Meski sulit dikenali, gejala ADHD bisanya dimulai sebelum usia 12 tahun, dan pada beberapa anak, gejala tersebut mulai terlihat sejak usia 3 tahun.

Gejala ADHD bisa ringan, sedang atau berat, dan bisa berlanjut hingga dewasa. “Skrining untuk gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) bisa dilakukan pada usia tiga tahun apabila ada keluhan dari orangtua, pengasuh, guru, atau orang terdekat lainnya,” kata Catharine.

Baca Juga: Warna yang Boleh dan Tidak Boleh Diterapkan di Area Anak Autis dan Hiperaktif

Ilustrasi anak.
ikea.co.id

Ilustrasi anak.

Namun demikian, Catharine menambahkan, skrining dilakukan untuk menentukan tingkat risiko atau kemungkinan anak tersebut mengalami GPPH, sehingga masih mungkin anak yang tampaknya sangat aktif, hasil skriningnya masih normal.

Sebagian besar anak yang sehat di waktu tertentu juga mungkin tidak memerhatikan, hiperaktif, atau impulsif.

Apalagi, anak-anak prasekolah memang memiliki rentang perhatian yang pendek pada satu aktivitas.

Bahkan pada anak-anak yang lebih besar dan remaja, rentang perhatian sering kali bergantung pada tingkat minat.

Hal yang sama berlaku untuk anak hiperaktif. Anak-anak kecil secara alami energik - mereka sering kali masih penuh energi dalam waktu lama, saat orangtua mereka sudah kelelahan.

Selain itu, beberapa anak secara alami memiliki tingkat aktivitas yang lebih tinggi daripada yang lain.

Sebaiknya, tidak langsung mengklasifikasikan anak sebagai penderita ADHD, hanya karena mereka berbeda dari teman atau saudara kandungnya.

Anak-anak yang memiliki masalah di sekolah, tetapi bisa bergaul dengan baik di rumah atau dengan teman-temannya kemungkinan besar mengalami masalah selain ADHD.

Hal yang sama berlaku untuk anak-anak yang hiperaktif atau lalai di rumah, tetapi tugas sekolah dan persahabatannya tetap berjalan baik.

Berikut 3 tanda yang perlu diperhatikan dan bisa menjadi gejala ADHD/ GPPH.

  • Anak tidak bisa duduk tenang
  • Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
  • Perubahan suasana hati yang mendadak/impulsif Apabila ada keluhan tersebut di atas pada anak usia 3 tahun ke atas,
Catharine menyarankan orangtua untuk segera membuat janji konsultasi ke fasilitas kesehatan, bertemu dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang dan pediatri sosial untuk dibantu dalam pemeriksaan skrining GPPH. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Seri Baru Jadi Ortu: Cara Membedakan Anak Aktif dan Hiperaktif

#berbagiIDEA

Source : kompas

Editor : Maulina Kadiranti

Latest