Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

10 Tahun ke Depan, Pulau Jawa Diprediksi Alami Krisis Air, Ini Penjelasannya

Kontributor 01 - Minggu, 22 November 2020 | 09:00
Ilustrasi air.
istimewa

Ilustrasi air.

IDEAOnline-Dalam waktu 10 tahun ke depan, Pulau Jawa diprediksi akan mengalami krisis air.

Hal ini disampaikan oleh Ahmad Sarmidi selaku Ketua Konsorsium Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Halimun Salak yang juga tim ahli Satgas Citarum.

Sarmidi yang bergelar doktor itu menjadi pembicara dalam Focus Group Discussion (FGD) peralihan status Gunung Cikuray menjadi taman nasional yang digelar Konsorsium Penyelamatan Cikuray di Garut, Jawa Barat, Senin (16/11/2020).

“10 tahun ke depan, Pulau Jawa bisa mengalami krisis air,” kata Sarmidi.

Saat ditemui usai acara, Sarmidi mengungkapkan, krisis air di Pulau Jawa memang sudah sejak lama diprediksi banyak pihak.

Hal ini secara kasat mata bisa dilihat dari padatnya jumlah penduduk yang ada di Pulau Jawa.

“Tidak hanya untuk tempat tinggal, tapi juga industri mulai dari skala rumah tangga sampai industri besar, artinya secara fakultatif itu semua butuh air yang banyak,” kata dia.

Sarmidi mengatakan, berdasarkan standar kebutuhan air yang ditetapkan oleh WHO, setiap satu orang membutuhkan air sedikitnya 60 liter per hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mulai dari makan, minum, mencuci hingga mandi.

Jika variabel ini yang digunakan pemerintah, maka krisis air, menurut Sarmidi, memang sudah di depan mata.

Menurut Sarmidi, saat ini cadangan air yang ada jauh berkurang.

Sementara angka kebutuhan air terus meningkat, seiring pertambahan jumlah penduduk dan industri yang terus tumbuh di Pulau Jawa.

Baca Juga: Tak Hanya Polusi, Pencemaran dan Krisis Air Jadi Bagian dari Dampak Perubahan Iklim

Ilustrasi pancuran bambu setelah terisi, akan tumpah.

Ilustrasi pancuran bambu setelah terisi, akan tumpah.

“Secara teoritis memang krisis air itu sudah mulai terjadi, di Jakarta kan sudah terjadi. Air sulit didapat, harus dibeli,” kata dia.

Sarmidi menjelaskan, krisis air terjadi jika ketersediaan air terbatas dibanding dengan kebutuhan yang ada.

Saat ini orang mencari solusi dengan memanfaatkan teknologi, hingga air menjadi komoditi pasar.

Niat Konsorsium Penyelamatan Cikuray untuk meningkatkan status Gunung Cikuray menjadi taman nasional, menurut Sarmidi, bisa menjadi salah satu solusi antisipasi krisis air di Pulau Jawa.

Sebab, Cikuray menjadi hulu dari beberapa sungai besar, tetapi terjadi kekeringan di kaki Gunung Cikuray yang sebelumnya tidak pernah terjadi.

“Ada kekurangan air di Cikuray yang secara instingtif masyarakat membaca ini karena hutan gundul,” kata dia.

Dengan peningkatan status Gunung cikuray, menurut Sarmidi, pengelolaan hutan diharapkan bisa menjadi lebih baik dengan melibatkan masyarakat sekitar.

Hal ini juga menjadi solusi dari penyelamatan keanekaragaman hayati yang jadi aset bangsa yang sudah terdesak hingga berada di gunung-gunung.

“Taman nasional bisa membuat hutan alam yang bisa memberi manfaat bagi masyarakat banyak atas masalah-masalah lingkungan yang terjadi saat ini,” kata Sarmidi.

Sementara itu, Usep Ebit Mulyana selaku Ketua Konsorsium Penyelamatan Cikuray menyesalkan ketidakhadiran pemerintah daerah dalam FGD tersebut.

Padahal, FGD bisa menjadi ruang bagi pemerintah daerah mencari bentuk taman nasional yang ideal.

“Kita berharap ke depan pemerintah daerah bisa bersinergi, karena bupati sudah siap, tinggal secara teknis dinas menuangkan dalam konsep,” kata dia. Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul 10 Tahun Mendatang, Pulau Jawa Diprediksi Alami Krisis Air

Baca Juga: Jaga Pasokan Air di Bumi, Delapan Cara Mudah Hemat Air di Rumah

#BerbagiIDEA

Source : kompas

Editor : iDEA

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular