Altmann menuturkan, penelitian lain menunjukkan sebesar 30-40 persen sampel darah pra-pandemi menunjukkan respons sel-T berdasarkan reaktivitas silang tersebut.
Tapi, tidak berarti sel T menawarkan banyak perlindungan terhadap Covid-19. Johnston memaparkan, perlindungan yang dihasilkan virus corona lain kemungkinan membantu menjelaskan banyaknya infeksi Covid-19 tidak bergejala.
Baca Juga: Alasan Harus Rajin Berjemur, Kurang Vitamin D Kamu Bisa Alami Hal Ini
Ilustrasi - vaksinasi Covid-19.
Bagaimana perlindungan diri terhadap vaksin?
Vaksin Moderna, Pfizer/BioNTech dan Oxford/AstraZeneca, semuanya terbukti menghasilkan respons kekebalan dan menawarkan perlindungan terhadap pengembangan Covid-19.
Terlebih, flu musiman membutuhkan vaksin yang berbeda setiap tahunnya karena bermutasi dengan cepat.
Altmann menjelaskan, strain baru Covid-19 yang terdeteksi di Inggris tidak mungkin menyebabkan masalah untuk vaksinasi, yang mencatat antibodi penetral yang diinduksi oleh vaksin mengikat banyak bagian berbeda dari protein lonjakan, bagian dari virus yang membantunya memasuki sel.
"Mutasi (pada virus) diperkirakan membuat perubahan kecil menjadi terjadinya sedikit lonjakan," jelasnya.
Namun, tidak diketahui secara pasti lamanya perlindungan vaksinasi akan bertahan, hingga vaksin dapat mencegah infeksi dan penularan serta penyakit.
"Vaksin itu bisa lebih baik daripada kekebalan alami, tapi kita tidak akan tahu sampai kita mempelajari keduanya dalam jangka panjang," papar Johnston.
Sehingga, saat ini penting untuk mengetahui aspek-aspek yang berbeda dari respons imun berkorelasi dengan perlindungan dan cara terbaik untuk mengukurnya. Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul Bagaimana Cara Kerja Antibodi terhadap Covid-19?