Follow Us

Hingga 2020, Indonesia Nomor Dua di Asia Tenggara untuk Urusan Pencakar Langit

Kontributor 01 - Selasa, 05 Januari 2021 | 13:03
Autograph Tower, di Kompleks Thamrin Nine, Jakarta Pusat
kompas.com

Autograph Tower, di Kompleks Thamrin Nine, Jakarta Pusat

Sedangkan Thailand tengah membangun One Bangkok O4H4 yang menjulang 436,1 meter.

Fakta ini selain menjadikan Thailand berada di peringkat pertama Asia Tenggara juga ada di urutan delapan dunia, disusul Indonesia nomor sembilan dunia, dan Malaysia di posisi ke-sepuluh.

Menurut Editor in Chief CTBUH Daniel Safarik, kota-kota di Indonesia berkembang sangat pesat dan ketersediaan lahan untuk hunian makin lama kian menyusut.

Menggabungkannya dengan banyak bagian dari wilayah urban Jakarta, sebagai contoh untuk saat ini yang tenggelam di bawah permukaan laut, ke depan bangunan tinggi akan banyak dibangun.

"Mungkin lokasinya lebih jauh dari pantai dan di tanah yang lebih kokoh, tetapi di area dengan lahan terbatas," kata Daniel.

Meminjam ungkapan lama Cass Gilbert, arsitek gedung Woolworth di New York, "skyscrapers are machines to make the land pay", itulah alasan paling sederhana kenapa pencakar langit harus dibangun.

Ilustrasi Uni Emirat Arab - Burj Khalifa di Dubai.
kompas.com

Ilustrasi Uni Emirat Arab - Burj Khalifa di Dubai.

"Karena secara ekonomi masuk akal, di pasar tanah yang mahal dibangun gedung tinggi," imbuh dia.

Meski demikian, Daniel mengakui, pencakar langit sebenarnya ditujukan sebagai simbol perkembangan dan kemajuan ekonomi suatu negara kepada dunia.

Namun, ada juga negara yang memang membangun pencakar langit hanya sebagai prestise, seperti Burj Khalifa di Dubai, Uni Emirat Arab.

Dengan embel-embel "dekat Burj Khalifa", maka harga tanah dan properti yang ditawarkan akan menjadi lebih mahal.

Bagaimana dengan Indonesia?

Source : kompas

Editor : iDEA

Latest