Follow Us

Hingga 2020, Indonesia Nomor Dua di Asia Tenggara untuk Urusan Pencakar Langit

Kontributor 01 - Selasa, 05 Januari 2021 | 13:03
Autograph Tower, di Kompleks Thamrin Nine, Jakarta Pusat
kompas.com

Autograph Tower, di Kompleks Thamrin Nine, Jakarta Pusat

IDEAOnline-Menutup tahun 2020 yang penuh tantangan, Indonesia mencatat sejarah baru.

Negara dengan luas wilayah 1.910.931 kilometer persegi ini memiliki supertall yakni pencakar langit dengan ketinggian di atas 300 meter.

Pencakar langit tersebut adalah Autograph Tower yang berada di kompleks pengembangan multifungsi Thamrin Nine, Jakarta Pusat.

Konstruksi Autograph Tower telah mencapai tutup atap atau topping off pada Oktober 2020.

Gedung ini akan dioperasikan Tahun 2021 atau enam bulan setelah proses serah terima kepada tenant yang dijadwalkan secara bertahap mulai April.

Secara struktur yang dihitung dari lantai dasar dan mengacu pada ketentuan Council on Tall Buildings and Urban Habitat (CTBUH), ketinggian Autograph Tower mencapai 382,9 meter.

Namun, jika dihitung dari atas permukaan tanah, gedung yang bakal difungsikan sebagai perkantoran dan hotel ini menjulang 385 meter.

Tentu saja, pencakar langit ini memecahkan rekor tertinggi di Indonesia. Sebelumnya, rekor gedung terjangkung dipegang oleh Gama Tower milik dua bersaudara Ganda dan Martua Sitorus, yang mengangkasa 285 meter.

Kendati baru akan memiliki satu supertall, namun Indonesia boleh berbangga, karena hingga akhir 2020 telah membangun 105 gedung dengan ketinggian di atas 150 meter.

Baca Juga: Kompas Gramedia Raih Penghargaan Gedung Perkantoran Ramah Pesepeda

Gama Tower, Kuningan, Jakarta, Senin (12/02/2018).
kompas.com

Gama Tower, Kuningan, Jakarta, Senin (12/02/2018).

Dengan jumlah gedung ini, Indonesia nomor dua di Asia Tenggara, mengungguli Malaysia dengan angka 97 gedung, Singapura 94 gedung, dan Vietnam 29 gedung.

Sementara tahkta nomor satu Asia Tenggara dipegang Thailand yang telah membangun 106 gedung dengan tiga di antaranya supertall.

Ketiganya yakni Baiyoke Tower II setinggi 304 meter, Mahanakhon 314 meter, Magnolias Waterfront Residence Tower 1 setinggi 315 meter.

Pun jika dikumulasikan dengan jumlah gedung dengan ketinggian di atas 150 meter yang masih proposal, dalam tahap pembangunan atau under construction, dan tutup atap, Indonesia tetap nomor dua di Asia Tenggara.

Jumlahnya mencapai 164 gedung.

Dari total jumlah 164 gedung tersebut, empat di antaranya merupakan supertall dengan status tutup atap dan under construction.

Selain Autograph Tower Thamrin Nine, terdapat Fortune Tower dengan ketinggian 330 meter, Indonesia 1 North Tower (306 meter), dan Indonesia 1 South Tower (303 meter).

Sementara Malaysia sebagai pesaing terdekat, sejatinya unggul dari jumlah supertall. Hingga akhir 2020, jiran ini punya empat supertall.

Keempatnya adalah Four Seasons Place sejangkung 342,5 meter, The Exchange 106 setinggi 445,5 meter, Petronas Twin Tower 1 dan 2 masing-masing 451,9 meter.

Tak hanya itu, Malaysia juga punya satu megatall yang sudah memasuki tahap struktur tutup atap yang mengangkasa 644 meter.

Baca Juga: Pandemi Mengubah Standar Keamanan Gedung, Inilah Teknologi yang Digunakan pada Desain Kantor Kini dan Masa Depan

Petronas Tower, Kuala Lumpur, Malaysia.
kompas.com

Petronas Tower, Kuala Lumpur, Malaysia.

Sedangkan Thailand tengah membangun One Bangkok O4H4 yang menjulang 436,1 meter.

Fakta ini selain menjadikan Thailand berada di peringkat pertama Asia Tenggara juga ada di urutan delapan dunia, disusul Indonesia nomor sembilan dunia, dan Malaysia di posisi ke-sepuluh.

Menurut Editor in Chief CTBUH Daniel Safarik, kota-kota di Indonesia berkembang sangat pesat dan ketersediaan lahan untuk hunian makin lama kian menyusut.

Menggabungkannya dengan banyak bagian dari wilayah urban Jakarta, sebagai contoh untuk saat ini yang tenggelam di bawah permukaan laut, ke depan bangunan tinggi akan banyak dibangun.

"Mungkin lokasinya lebih jauh dari pantai dan di tanah yang lebih kokoh, tetapi di area dengan lahan terbatas," kata Daniel.

Meminjam ungkapan lama Cass Gilbert, arsitek gedung Woolworth di New York, "skyscrapers are machines to make the land pay", itulah alasan paling sederhana kenapa pencakar langit harus dibangun.

Ilustrasi Uni Emirat Arab - Burj Khalifa di Dubai.
kompas.com

Ilustrasi Uni Emirat Arab - Burj Khalifa di Dubai.

"Karena secara ekonomi masuk akal, di pasar tanah yang mahal dibangun gedung tinggi," imbuh dia.

Meski demikian, Daniel mengakui, pencakar langit sebenarnya ditujukan sebagai simbol perkembangan dan kemajuan ekonomi suatu negara kepada dunia.

Namun, ada juga negara yang memang membangun pencakar langit hanya sebagai prestise, seperti Burj Khalifa di Dubai, Uni Emirat Arab.

Dengan embel-embel "dekat Burj Khalifa", maka harga tanah dan properti yang ditawarkan akan menjadi lebih mahal.

Bagaimana dengan Indonesia?

Apakah Thamrin Nine dengan Autograph Tower-nya akan mendongkrak harga tanah dan properti di sekitarnya menjadi lebih mahal dan prestisius?

Kita tunggu saja.... Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Hingga 2020, Indonesia Nomor Dua di Asia Tenggara untuk Urusan Pencakar Langit

#BerbagiIDEA

Source : kompas

Editor : iDEA

Latest