Dr Sheel mengatakan kemungkinan adanya pelonggaran aturan terkait Covid-19 bisa saja terjadi setelah lebih banyak yang divaksinasi, tapi hingga saat ini belum jelas seberapa banyak orang yang harus divaksinasi untuk mencapai kekebalan massal atau herd immunity.
"Kita tidak memiliki angka tertentu. Kekebalan massal adalah masalah yang sangat kompleks dan diperlukan waktu beberapa tahun," katanya.
"Kita akan memerlukan dosis penguat dan juga akan tergantung pada varian yang bermutasi, dan hal lain yang terjadi. Ada banyak elemen kompleks di dalamnya," ujarnya.
Yang jelas adalah semakin banyak orang divaksinasi, semakin sulit virus untuk menyebar, dan semakin kecil risiko terinfeksi bagi mereka yang sudah divaksinasi untuk bergerak bebas, meski masih ada virus beredar.
"Kita harus kembali ke pemikiran upaya melandaikan kurva. Vaksinasi adalah alat untuk melandaikan kurva, bukan untuk menghilangkan penyakit," kata Dr Sheel.
Dr Vally mengatakan bahkan bila sebuah negara, misalnya Australia, tidak mencapai tahap kekebalan massal, namun dengan banyaknya warga yang divaksinasi maka akan mengubah peta kemungkinan virus menyebar.
"Bila kita berbicara mengenai misalnya 50 persen warga sudah divaksinasi, maka kita berharap 100 persen dari mereka yang rentan akan sudah divaksinasi," katanya.
"Dan kalau kita bisa mencapai hal tersebut, maka ini akan mengubah drastis kemungkinan ancaman virus terhadap komunitas dan mengubah strategi kita mengendalikan penularan."
Dokter ahli penyakit menular di Australia, Paul Griffin setuju dengan pendapat ini.
"Tidaklah diperlukan tingkat vaksinasi yang sangat tinggi bila kita melakukan hal-hal lain, seperti meningkatkan jumlah pengetesan, karantina bagi kasus positif, menjaga jarak, dan melakukan pendaftaran bila mengunjungi sebuah tempat," kata Dr Griffin, associate professor di University of Queensland.