IDEAOnline– Sampah plastik masih menjadi persoalan hingga kini. Setiap tahun, Indonesia menghasilkan 6,8 juta ton sampah plastik. Dari jumlah tersebut, sebanyak 9 persen atau sekitar 620 ribu ton tidak dikelola dengan baiksehinggamencemari sungai, danau, serta laut.
Pada 2018, Indonesia bahkan disebut sebagai negara penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah China.
Tidak hanya sampah plastik, persoalan sampah yang tidak terkelola dengan baik juga dihadapi Indonesia. Pada 2005, persoalan tersebut menyebabkan bencana. “Gunung” sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, longsor yang merenggut 157 jiwa.
Permasalahan sampah yang tidak terkelola adalah sebuah tantanganyang harus diatasi. Oleh sebab itu,Indonesia telah menetapkan target pengurangan sampah di darat hingga 30 persen dan sampah plastik di laut sebesar 70 persen pada 2025.
Baca Juga: Masyarakat Bisa Berkontribusi dalam Atasi Persoalan Sampah Plastik dengan Cara Ini
Untuk mencapai target tersebut, tentu dibutuhkan peran aktif dari masyarakat, tak terkecuali anak muda. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada 2020, Indonesia didominasi oleh generasi Z dan milenial.
Sebagai generasi yang mendominasi kependudukan Indonesia, generasi Z dan milenial dapat menjadi penentu arah perubahan lingkungandalam 10-15 tahun mendatang.
Menurut penelitian Cambridge International pada 2020, pelajar Indonesia memiliki tingkat kepedulian yang cukup tinggi terhadap polusi, termasuk sampah plastik.
Sebanyak 93 persen generasi muda sangat bersemangat menangani isu lingkungan dan mereka ingin melakukan berbagai tindakan nyata.
Baca Juga: Lindungi Keluarga dan Orang Lain, Ini Panduan Membuang Sampah Infeksius bagi Yang Isoman di Rumah
Dengan demikian, Indonesia berpeluang membangun pendekatan ekonomi sirkular sebagai solusi permasalahan sampah plastik di Indonesia. Misalnya saja, dengan mendaur ulang plastik pasca konsumsi menjadi bahan baku untuk produk baru.