IDEAOnline-Berdasarkan data dari PBB, industri bangunan bertanggungjawab atas 40 persen penggunaan energi dunia dan 25 persen penggunaan air.
Hal ini memberikan dampak kesehatan masyarakat yang cukup besar terlebih bahaya perubahan iklim masih mengancam.
Mengurangi dampak lingkungan karena urbanisasi di Indonesia, para arsitek lokal berusaha meningkatkan penerapan praktik perancangan bangunan hijau.
Salah satu langkah yang dilakukan adalah menyelenggarakan webinar dalam rangka mempromosikan perancangan bangunan yang lebih ramah iklim.
Rangkaian loka karya akan diselenggarakan secara virtual selama 12 bulan ke depan dengan sesi pertama diadakan September.
Kegiatan ini merupakan kerja sama antara Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakart dengan IFC, yang adalah anggota Kelompok Bank Dunia.
Langkah tersebut dilakukan untuk menjawab isu bahwa negara berkembang seperti Indonesia akan terus mengalami peningkatan permintaan di sektor bangunan, terutama seiring dengan pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.
“Kami merasa sangat terhormat mendapatkan dukungan dan komitmen dari asosiasi-asosiasi ini untuk mempromosikan pembangunan bangunan hijau di Indonesia,” ucap Country Manager IFC area Indonesia, Malaysia dan Timor-Leste, Azam Khan.
Baca Juga: 10 Kota Ini Dinobatkan Jadi Kota Paling Layak Huni di Dunia 2021, Ini 5 Kriteria Penilaiannya
Praktik perancangan bangunan hijau dan penerapan skema sertifikasi seperti EDGE, dipandang sebagai pilihan yang layak untuk membantu mengurangi dan bahkan melawan dampak negatif konstruksi bagi lingkungan.
Meski lebih dari 180 proyek dan sekitar 6,1 juta meter persegi lahan konstruksi di Indonesia telah disertifikasi hijau, persentase ini masih sangat kecil dibandingkan dengan banyaknya jumlah bangunan baru utamanya di Jakarta.