IDEAOnline-Menilik jenis, ragam tanaman, dan ketebalan media tanam, taman atap bisa dibedakan menjadi roof garden ekstensif dan intensif.
Meskipun sama-sama menarik, keduanya memiliki detail pembuatan, peruntukan fungsi utama dan tingkat pemeliharaan yang berbeda.
Menurut Garsinia Lestari, SP ada perbedaan kedua jenis taman atap atap seperti ditulisnya pada buku Taman Atap (2009).
Roof Garden Intensif
Jenis ini memiliki desain yang lebih rumit ketimbang roof garden ekstensif.
Biasanya, ketebalan media yang digunakan minimum 6 inci dengan beban lebih dari 200 kg/m2. Proporsi hijauan dan hard material pada roof garden intensif cukup seimbang.
Pasalnya, perkerasan pada taman digunakan untuk menunjang aktivitas penggunanya.
Baca Juga: Manfaat Green Roof dalam Konsep Rumah Tropis dan Tips Penerapannya
Jenis tanaman yang digunakan beragam, mulai dari groundcover, semak sampai pohon tinggi sehingga mampu menghadirkan suatu ekosistem.
Jangan heran jika roof garden intensif memerlukan frekuensi pemeliharaan rutin.
Biasanya kerumitan teknis terjadi ketika proses pembangunan taman, ”Apalagi jika roof garden dibangun di atap gedung tinggi, pasti banyak sekali hal yang musti diantisipasi sejak awal,” ungkap Ir. Faisal Sabirin, Direktur PT Amtara Nirmala yang kerap menggarap proyek roof garden di gedung pencakar langit Jakarta.
Berdasar pengalama Faisal, bagian tersulit dari pengerjaan taman atap ini ialah pengangkutan media tanam dan pohon, terutama dalam volume banyak.
Baca Juga: Hindari Kerusakan Tanaman di Taman Atap dengan Lapisan Struktur Ini
Roof Garden Ekstensif
Taman atap jenis ini memiliki beban 60-150 kg/m2 dengan ketebalan media tanam minimum 2-3 inci.
Umumnya taman bersifat pasif, artinya taman digunakan sekadar sebagai estetika dan penghijauan. Perawatannya tak sesulit taman atap intensif.
Jenis tanaman yang lazim digunakan ialah rumput dan groundcover yang memiliki perakaran dangkal.
Ada beberapa pilihan sistem yang cocok diterapkan untuk membuat roof garden ekstensif, seperti Daku System dan Gardenroof System.
Teknologi sistem DAKU (Daku System ) berasal dari Jerman. Meski demikian, teknologi ini sudah banyak diterapkan di negara-negara Asia, seperti Singapura, Malaysia, Philipina.
Keunggulan media tanam pada Daku System ialah bobotnya ringan, perpaduan organik dan inorganik (berupa substrat letusan gunung berapi), tidak mengalami pemadatan selayaknya media tanam tanah, berporositas sangat baik sehingga menjamin kelancaran drainase, mampu menjerap tanah dan unsur hara secara optimal.
Selain untuk roof garden, media tanam ini bisa juga diaplikasikan pada taman ground level.
Membangun taman atap dengan menggunakan Daku System menelan biaya sekitar Rp 800 ribu– 1,2 juta/m2 lantaran material yang digunakan masih impor.
Adapun pada sistem Fardenroof, intinya adalah, lapisan konstruksi struktur memiliki fungsi sama dengan lapisan konvensional.
Akan tetapi, lapisan ini memiliki kelebihan, yaitu lebih tipis dan ringan. Ketebalan total lapisan pun bisa hanya ± 10 cm.
Baca Juga: 2 Kriteria Tanaman untuk Taman Atap, 5 Jenis Pilihan termasuk Puring
#Rumahminimalis #Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork #Rumahtropis
(*)