Turut menyoroti hal ini, salah satu pemimpin bisnis terkemuka di ASEAN, SCG, melalui anak usaha Cement-Building Materials di Indonesia melihat tingkat literasi masyarakat terhadap bidang properti, khususnya konstruksi bangunan masih terbatas.
Baca Juga: Mengamankan Elemen Bangunan dari Rayap, 10 Hal Wajib Diketahui saat Memilih Jasa Anti-Rayap
Padahal ini adalah hal yang krusial dalam pengambilan keputusan sebelum membeli ataupun membangun rumah.
Menurut SCG, masyarakat yang jarang terlibat dalam proses konstruksi biasanya cenderung menilai kualitas bangunan berdasarkan tampak luarnya saja, padahal ada tiga aspek vital lainnya yang harus dipertimbangkan.
1. Karakteristik lingkungan.
Bukan hanya soal lokasi dengan akses strategis namun juga karakteristik lingkungan yang aman dari bencana, seperti tidak berada di area rawan longsor maupun banjir.
Kualitas tanah juga perlu diperhatikan, bukan tanah basah seperti bekas rawa, sawah, atau lahan gambut karena diperlukan waktu dan biaya lebih untuk membuat lahan tersebut menjadi kering dan siap untuk dibangun.
Meski demikian, apabila tetap memilih lingkungan seperti ini karena pertimbangan lain, sebaiknya ada rencana untuk mengantisipasi dampak lingkungan di kemudian hari.
Kondisi tanah yang basah dapat meningkatkan risiko kebocoran pada pondasi rumah, sehingga perlu tahu strategi penambalan celah di tempat rembesan air tersebut.
2.Struktur konstruksi yang simetris.