Follow Us

Jadi Bangunan Publik Terbaik versi IAI, Inilah Cerita di Balik Rancangan Desain JPO Sudirman oleh Sang Arsitek, Firman Setia Herwanto

Kontributor 01 - Senin, 04 Oktober 2021 | 10:00
JPO Sudirman
Kompas.com

JPO Sudirman

Dia adalah Firman Setia Herwanto, team leader arsitek dari PT Arkonin, yang ditunjuk oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk merevitalisasi JPO berikut tata cahayanya yang dikolaborasikan bersama Pavilion 95.

Pria yang kini tengah mencalonkan diri sebagai Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jakarta periode 2021-2024 itu mengaku tidak menyangka bahwa JPO garapannya jadi instagramable.

"Sebenarnya kalau arsitek tidak pernah punya pemikiran bahwa bangunananya harus instagramable. Tapi ketika itu mendapat respons positif masyarkat, kami pasti senang," katanya, dikutip dari Kompas.com, Sabtu (02/10/2021).

Firman beranggapan bahwa bangunan publik memang sudah sepantasnya menjadi kebanggan masyarakat.

"Karena kalau bangga, warga akan ikut membantu menjaganya tanpa diminta," ujarnya.

Arsitek yang dominan menggarap proyek-proyek bangunan publik ini mengungkapkan, pada awalnya juga tidak secara spesifik ingin menyulap JPO Sudirman menjadi sesuatu yang fantastis seperti penilaian masyarakat saat ini.

Firman bercerita, kala itu menjelang ASIAN Games 2018 pihaknya ditunjuk Dinas Bina Marga DKI Jakarta untuk ikut merevitalisasi fasilitas-fasilitas publik. Salah satunya adalah JPO.

Ada kesan bahwa infrastruktur dan fasilitas kota ini masih ala kadarnya. Belum mewakili pemikiran bahwa infrastruktur bisa membawa impact yang luar biasa bagi masyarakat Jakarta pada umumnya secara keseluruhan. "Kurang estetik, kurang cantik. Jadi harus dibenahi," imbuhnya.

Baca Juga: Perubahan Desain Coworking Space dan Perkantoran karena Pandemi dan Tren Teknologinya

Arsitek lulusan Universitas Indonesia (UI) ini menyampaikan mulai ditugaskan untuk merevitalisasi JPO Sudirman sekitar pertengahan 2018.

Diberi waktu tiga bulan untuk membenahi itu semua.

"Tadinya ruas Sudirman dan Thamrin, ada 12 dua titik. Tapi kami sampaikan (ke Pemprov DKI Jakarta) kalau 12 titik dengan rentang waktu tersebut tidak memungkinkan. Akhirnya kami coba tiga titik dulu," terangnya.

Editor : iDEA

Latest