Pembangunan Pusat Karantina Covid-19 ini menandakan China tidak melonggarkan kewaspadaan terhadap pandemi Covid-19, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Rabu (27/10/2021).
“Saya tinggal di Auckland dan ketika saya mendengar Selandia Baru dibuka, saya pikir hari yang sama untuk China akan segera datang juga,” kata Yang Guang, seorang warga negara China yang belajar di Auckland.
Ia mengatakan bahwa hampir 2 tahun tidak pulang ke China karena tiket penerbangan yang sangat mahal dan waktu karantina yang panjang.
Baca Juga: Sertifikat Vaksin Covid-19 jadi Syarat Perjalanan Jarak Jauh kecuali untuk 3 Golongan Ini
“Saya sulit untuk kembali ke rumah,” keluh Yang yang gagal pulang.
Bepergian ke China sangat sulit sejak pandemi Covid-19, ada aturan ketat, meliputi 2 tes PCR dan antibodi terpisah yang harus dilakukan di laboratorium yang berbeda.
Kemudian, harus mengirimkan formulir, hasil tes, dan beberapa pernyataan ke masing-masing kedutaan China untuk mendapatkan izin melakukan perjalanan pulang kampung, yang hanya berlaku selama 48 jam untuk naik pesawat.
Sementara, setelah tiba di China semua orang wajib karantina Covid-19 baik yang sudah belum maupun sudah divaksin.
Pada 2020, pemerintah melarang orang yang transit di negara ketiga untuk kembali ke China jika ada penerbangan langsung dari tempat keberangkatan semula.
Di lain sisi harga tiket pesawat menjadi melambung tinggi.
“Tiket penerbangan dulu berharga sekitar 150 dollar AS (Rp 2,1 juta) untuk terbang dari Bangkok ke Chengdu,” ujar seorang warga negara China yang terjebak 2 tahun di Bangkok.
“Sekarang saya akan menyebut diri saya beruntung, jika saya berhasil menemukan tiket dengan harga kurang dari 3.000 dollar AS (Rp 42,5 juta),” sebutnya. Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul China Bangun Kompleks Karantina Covid-19 Seukuran 46 Lapangan Sepak Bola