Sedangkan tingkat kematian antara populasi yang divaksinasi sebagian dan penuh masing-masing 77,9 per 1 juta orang dan 21,1 per 1 juta orang.
Di antara 471 kematian orang dewasa yang divaksinasi lengkap yang tercatat selama periode tersebut, 332 adalah penerima Sinovac, 127 divaksinasi penuh dengan Pfizer, dan 12 menerima dua suntikan AstraZeneca.
Jika dibandingkan dengan ukuran populasi berdasarkan jenis vaksin, Dr. Amar menemukan bahwa terobosan risiko kematian Sinovac adalah yang tertinggi di antara ketiga vaksin Covid-19 yaitu 34 per juta orang, dibandingkan dengan Pfizer sebesar 9,8 per juta orang dan AstraZeneca sebesar enam per juta orang.
Baca Juga: Mana yang Lebih Untung? Ini Pertimbangan untuk Pilih Cat Dinding atau Wallpaper
Vaksin Tidak Bisa Diandalkan 100 Persen
Berkaca pada temuan tersebut, mendapatkan vaksin Covid-19 tentunya tetap diperlukan meski efektivitasnya mungkin menurun.
Untuk itu, selain mendapatkan vaksinasi Covid-19, penting juga untuk menambah pertahanan tubuh kita dengan disiplin menjalankan protokol kesehatan (prokes).
Terlebih penularan virus corona ini diketahui sangat sulit diprediksi, siapa saja bisa terkena penyakit tersebut.
Dijelaskan di laman who.int (9/7/2020) berjudul "Coronavirus disease (COVID-19): How is it transmitted?", bahwa Covid-19 ditularkan melalui kontak langsung dengan tetesan pernapasan dari orang yang terinfeksi, baik yang dihasilkan melalui batuk maupun bersin.
Seseorang juga dapat terinfeksi dari dan menyentuh permukaan yang terkontaminasi virus dan kemudian menyentuh wajah mereka misalnya mata, hidung, dan mulut.
Karenanya menjalankan prokes seperti 5M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan membatasi mobilisasi serta interaksi) tidak boleh diabaikan meski sudah disuntik vaksin Covid-19 dosis kedua.
Artikel ini telah tayang di Health.grid.id dengan judul “Waduh, Kok Bisa, Efektivitas Vaksin Sinovac Ternyata Berkurang Jadi 28 Persen Dalam 3-5 Bulan”.