Follow Us

Efektivitas Vaksin Sinovac Turun dalam 3-5 Bulan Setelah Vaksin Kedua, Ini yang Harus Dilakukan!

Kontributor - Senin, 29 November 2021 | 10:32
Ilustrasi vaksin Sinovac
CNBC Indonesia

Ilustrasi vaksin Sinovac

IDEAonline - Sebagian besar masyarakat Indonesia sudah menuntaskan dua dosis vaksinasi Covid-19 karena dorongan dari pemerintah.

Dari banyaknya orang yang menerima vaksin, salah satu jenis vaksin yang paling umum masyarakat Indonesia terima adalah jenis Sinovac.

Vaksin Sinovac dipercaya memiliki efektivitas hingga 79% setelah vaksin kedua.

Namun, efektivitas vaksin Sinovac dilaporkan menurun hingga 28% setelah 3-5 bulan setelah dosis kedua tersebut diberikan.

Hal itu diketahui menurut laporan di portal berita kesehatan Malaysia CodeBlue, Rabu (24/11/2021).

Dalam pemberitaannya disebutkan bahwa efektivitas dua dosis vaksin Sinovac terhadap infeksi Covid-19 turun menjadi 28% dari 76% pada periode tersebut.

Laporan tersebut berdasarkan sebuah studi Evaluasi Dunia Nyata dari Vaksin Covid-19 di Bawah Program Imunisasi Covid-19 Nasional Malaysia (RECoVaM) dan National Medical Research Register (NMRR).

Sebagai perbandingan, dua dosis vaksin Covid-19 Pfizer 79% efektif mencegah pasien masuk ICU setelah tiga hingga lima bulan dari 86% setelah vaksinasi penuh.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 di Indonesia akan Berakhir bila Tidak Ada Lonjakan Kasus pada Desember-Januari!

Namun, dalam hal perlindungan terhadap infeksi Covid-19, kemanjuran vaksin Pfizer juga menurun tajam dari sebesar 89% menjadi 68% dalam jangka waktu yang sama.

Studi lebih lanjut menemukan bahwa vaksin Covid-19 Sinovac hanya efektif 76% melawan kematian terobosan setelah tiga hingga lima bulan, turun dari 79% dua bulan setelah vaksinasi penuh.

Sedangkan vaksin Covid-19 Pfizer tetap 91% efektif melawan kematian terobosan setelah lima bulan.

Baca Juga: Kutu Tidak Hanya Ada pada Hewan Peliharaan tapi Bisa Menghuni Setiap Sudut Rumah, Basmi dengan Cara Ini!

Data dari Malaysia

Data yang diberikan oleh Dr. Mahesh Appannan, kepala data di Pusat Kesiapsiagaan dan Respons Krisis Kementerian Kesehatan Malaysia, menunjukkan bahwa tingkat kematian di antara mereka yang divaksinasi penuh dengan Sinovac adalah yang tertinggi, dibandingkan dengan Pfizer dan AstraZeneca.

CodeBlue mengatakan Sinovac memiliki rata-rata kematian orang dewasa mingguan yaitu dua per 100.000 populasi antara 7 Juni dan 15 November 2021.

Sedangkan rata-rata kematian orang dewasa mingguan Pfizer sebesar 0,667 per 100.000 penduduk, dan rata-rata kematian orang dewasa mingguan AstraZeneca sebesar 0,25 per 100.000 penduduk.

Kematian yang tidak divaksinasi tetap mendominasi, dengan kematian orang dewasa mingguan rata-rata pada 22,354 per 100.000 penduduk selama periode 24 minggu yang sama.

Dalam data kematian Covid-19 dari 1 hingga 20 November 2021, yang disusun oleh konsultan dokter anak Dr. Amar-Singh H.S., terlihat bahwa orang dewasa yang tidak divaksinasi 14,5 kali lebih mungkin meninggal akibat virus dibandingkan dengan mereka yang divaksinasi penuh.

CodeBlue mengatakan Dr. Amar sampai pada kesimpulan itu setelah menghitung 827 kematian orang dewasa Covid-19 yang dilaporkan selama periode 20 hari.

Tiga ratus lima belas di antaranya tidak divaksinasi, 41 divaksinasi sebagian, dan 471 divaksinasi penuh.

Data itu dibandingkan berdasarkan jumlah yang tidak divaksinasi (1,03 juta), sebagian divaksinasi (526.632), dan populasi orang dewasa yang divaksinasi penuh (22,38 juta).

Dikatakan jumlah tersebut menunjukkan bahwa tingkat kematian di antara orang dewasa yang tidak divaksinasi dari 1 hingga 20 November berada pada tingkat tertinggi, yaitu 305,2 per 1 juta penduduk.

Sedangkan tingkat kematian antara populasi yang divaksinasi sebagian dan penuh masing-masing 77,9 per 1 juta orang dan 21,1 per 1 juta orang.

Di antara 471 kematian orang dewasa yang divaksinasi lengkap yang tercatat selama periode tersebut, 332 adalah penerima Sinovac, 127 divaksinasi penuh dengan Pfizer, dan 12 menerima dua suntikan AstraZeneca.

Jika dibandingkan dengan ukuran populasi berdasarkan jenis vaksin, Dr. Amar menemukan bahwa terobosan risiko kematian Sinovac adalah yang tertinggi di antara ketiga vaksin Covid-19 yaitu 34 per juta orang, dibandingkan dengan Pfizer sebesar 9,8 per juta orang dan AstraZeneca sebesar enam per juta orang.

Baca Juga: Mana yang Lebih Untung? Ini Pertimbangan untuk Pilih Cat Dinding atau Wallpaper

Vaksin Tidak Bisa Diandalkan 100 Persen

Berkaca pada temuan tersebut, mendapatkan vaksin Covid-19 tentunya tetap diperlukan meski efektivitasnya mungkin menurun.

Untuk itu, selain mendapatkan vaksinasi Covid-19, penting juga untuk menambah pertahanan tubuh kita dengan disiplin menjalankan protokol kesehatan (prokes).

Terlebih penularan virus corona ini diketahui sangat sulit diprediksi, siapa saja bisa terkena penyakit tersebut.

Dijelaskan di laman who.int (9/7/2020) berjudul "Coronavirus disease (COVID-19): How is it transmitted?", bahwa Covid-19 ditularkan melalui kontak langsung dengan tetesan pernapasan dari orang yang terinfeksi, baik yang dihasilkan melalui batuk maupun bersin.

Seseorang juga dapat terinfeksi dari dan menyentuh permukaan yang terkontaminasi virus dan kemudian menyentuh wajah mereka misalnya mata, hidung, dan mulut.

Karenanya menjalankan prokes seperti 5M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan membatasi mobilisasi serta interaksi) tidak boleh diabaikan meski sudah disuntik vaksin Covid-19 dosis kedua.

Artikel ini telah tayang di Health.grid.id dengan judul “Waduh, Kok Bisa, Efektivitas Vaksin Sinovac Ternyata Berkurang Jadi 28 Persen Dalam 3-5 Bulan”.

Baca Juga: Meski di Rumah Saja, Buat Musim Hujan Tahun Ini Terasa Spesial dengan 5 Cara Ini

#Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork #Rumahtropis

(*)

Source : Health.grid.id

Editor : Johanna Erly Widyartanti

Latest