H Tjokroaminoto kemudian menyampaikan rencana pembangunan masjid pada Presiden Soekarno dan ternyata mendapatkan respons positif.
Bahkan Presiden Soekarno pada tahun 1954 diangkat menjadi kepala bagian teknik pembangunan Masjid Istiqlal, serta ketua dewan juri untuk menilai sayembara maket Istiqlal.
Istiqlal berdiri di atas bekas benteng Belanda Citadel dengan Taman Wilhelmina yang dibangun oleh Gubernur Jendral Van Den Bosch pada tahun 1834.
Keputusan untuk membangun masjid di lokasi tersebut karena di seberangnya telah berdiri gereja Kathedral dan Presiden Soekarno ingin menampilkan kerukunan dan keharmonisan kehidupan beragama di Indonesia.
Selain itu, ternyata ada alasan politis yang melatarbelakangi pemilihan lokasi tersebut.
Presiden Soekarno ingin Masjid Istiqlal menjadi sejarah baru bangsa Indonesia yang bisa menegakkan kemerdekaan dari penjajah.
Hal itu terungkap dalam buku Soichim Salam yang berjudul 'Masjid Istiqlal Sebuah Monumen Kemerdekaan'.
"Di atas bekas benteng penjajahan ini kita bangun Masjid Istiqlal yang berarti merdeka atau kemerdekaan, (itu) pertimbangan Bung Karno" tulis Solichin.
Baca Juga:Manfaatkan 6 Barang Ini untuk Bikin Ruang Keluarga Lebih Cozy
Proses Pembangunan
Pada 1955, Presiden Soekarno kemudian mengadakan sayembara untuk mencari arsitek dari masjid ini.
Dari 30 peserta, terpilihlah 22 kandidat yang kemudian dikerucutkan menjadi 5 finalis.