Konsultan real estat Colliers Internasional melihat tantangan pada pasar perhotelan di Bali selama kuartal IV-2017 bakal berlanjut tahun ini. Meski demikian, tanda-tanda untuk pulih mulai terasa.
Para pengembang hotel cenderung fokus membangun hotel bintang 4 atau 5. Kehadiran sejumlah hotel baru berskala bintang 3 terus menyusut jumlahnya sampai 2020 mendatang.
Sementara itu, adanya tanda pemulihan terlihat dari kinerja Average Occupancy Rate (AOR) bulanan hotel sepanjang 2017 relatif di atas 3 tahun terakhir.
"Namun, untuk mengantisipasi situasi yang lebih menantang pada 2018, pelaku perhotelan harus berusaha mengangkat Average Daily Rate (ADR)," tulis riset Colliers yang dikutip Kompas.com Senin (12/2/2018).
Colliers menjelaskan, dari total 12 hotel baru yang beroperasi sepanjang 2017, tak ada satu pun hotel kelas bintang tiga.
Sebaliknya, hotel skala bintang 4 justru mendominasi dengan 9 properti. Disusul hotel bintang 5 sebanyak 4 properti.
Beberapa hotel bintang 4 yang baru beroperasi ini adalah Swiss-Belresot Pecatu, Paramapada Hotel Jimbaran, Indigo Hotel Seminyak, Sol House Bali Legian, dan The Alantara Sanur.
Sedangkan hotel bintang 5 yang baru adalah Movenpick Resort and Spa Jimbaran Bay, Rimba Jimbaran, dan Hoshinoya Bali.
Dari sederetan hotel baru ini, yang paling banyak menyumbang kamar adalah Indigo Hotel Seminyak sebanyak 289 kamar dan Movenpick 297 kamar.
Colliers juga memproyeksi Bali akan memiliki tambahan 2.216 kamar baru pada 2018. Kamar ini terdiri dari 1.141 kamar hotel bintang 5, 1.319 kamar hotel bintang 4 dan 100 kamar hotel bintang 3.
Dalam hal tarif kamar, hotel bintang 3 ini memiliki persaingan yang ketat dari hotel-hotel budget, sedangkan dari perspektif investasi, harga tanah lebih mahal.
Okupansi dan ADR