IDEAonline - Dengan keterbatasan lahan dan kemampuan untuk membeli, hunian yang terbuat dari kontainer bekas dapat menjadi salah satu alternatif. Harganya terjangkau dan mudah didapatkan. Bahkan, di sejumlah negara, rumah kontainer telah menjadi salah satu tren hunian yang layak dipertimbangkan. Brenda Kelly (36) dari Auckland, Selandia Baru, mulai membangun rumah kontainer pertamanya pada enam tahun lalu. Kini, ia menjalankan bisnis IQ Container, dan telah membangun kurang lebih tujuh rumah.
Baca Juga : Hilda Vitria Pamerkan Dapur Mewah Idamannya, Netizen Suruh Billy Kerja Banting Tulang!

Rumah Kontainer
Mulai dari harga yang terjangkau, bentuk yang ideal, biaya perawatan yang murah, hingga tahan lama. Meski relatif terjangkau, ia menyarankan, jangan menjadikan hal tersebut sebagai pertimbangan utama dalam membangun rumah kontainer. Pasalnya, Anda tetap membutuhkan saran pakar sebelum membangun rumah tersebut. Tentunya, pelibatan pakar akan memerlukan biaya tersendiri.
Baca Juga : Pecinta Binatang, Taman Belakang Rumah Jokowi Mirip Penangkaran Burung

Rumah Kontainer
Baca Juga : Jarang Tersorot, Rumah Mertua Nana Mirdad Layaknya Villa Mewah
1. Biaya relatif murah Di Australia, hunian yang terbuat dari kontainer bekas berkisar di antara 29.500 hingga 300.000 dollar Australia. Angka tersebut ekuivalen sekitar Rp 309 juta hingga Rp 3,15 miliar dengan kurs 1 dollar Australia setara Rp 10.500. Tentu, angka ini menjadikan hunian kontainer sebagai hunian yang relatif murah. Terlebih, mereka memiliki struktural yang kuat, serta membutuhkan pondasi minim. Hal ini dapat menjadi solusi efektif dan ideal bila berencana membangun hunian tersebut di lokasi yang curam atau miring.
Baca Juga : Ternyata Pasang Lantai Vinyl Sendiri Mudah Lho, Begini Caranya!

Rumah Kontainer
Baca Juga : Penasaran Harga Rumah? Ternyata Kisaran Ini yang Banyak Dipasarkan!