Terletak di Jalan Letjend. Suprapto 32, gereja ini mengalami renovasi besar-besaran saat Belanda menguasai Indonesia.
Baca Juga : Saksi Bisu Masa Kolonial, Begini Cantiknya Kota Lama Semarang dan Kemegahan Arsitektur Eropa
Ketika pertama kali dibangun, gereja berbentuk rumah panggung Jawa dengan atap sesuai arsitektur Jawa.
Kemudian direnovasi bentuk dan ukurannya dengan 2 menara dan atap kubah oleh W. Westmaas dan H.P.A. de Wilde.
Cyndhy Aisya dalam Karakter Spasial Bangunan Gereja Blenduk, Gereja Blenduk memiliki denah berbentuk heksagonal dan terdapat transep pada setiap penjuru mata angin yang digunakan sebagai pintu masuk.
Transep adalah suatu area yang melintang ke bagian tengah yang bentuknya menyerupai salib.
Bagian paling menonjol pada Gereja Blenduk ini tentunya adalah bagian kubah.
Kubah diaplikasikan di atas bangunan utama atau tengah dengan ukuran yang paling besar.
Kubah berbentuk setengah bola dan warna merah bata.
Kubah ini terbuat dari perunggu dan rusuknya terbuat dari kayu jati
Kubah ini memiliki paduan bentuk antara setengah heksakaidekahedron dan setengah lingkaran, dengan kuncup berujung bulat.