IDEAonline -Dulu, Kokila Damor, seorang petani di negara bagian Rajashtan, India, selalu ingin mengunjungi rumah sakit umum di kota.
Bukan karena dia sakit atau ingin memeriksakan kesehatannya, tetapi dia hanya ingin menggunakan toiletnya yang bersih.
Kini, perempuan itu bisa berbangga diri kerena dia sudah memiliki sendiri toilet di rumahnya.
Tak hanya itu, Kokila juga berhasil mengajak warga sedesanya untuk membangun toilet dan tak lagi buang air besar di tempat terbuka "Memiliki toilet sungguh mengubah hidup saya.
Saya bisa tidur lebih nyenyak.
Dulu saya harus bergegas keluar rumah di pagi hari hanya untuk buang air besar," ujar Kokila (34), ibu tiga anak ini.
"Saya selalu mencari alasan untuk pergi ke rumah sakit, karena saya senang menggunakan toilet yang layak, dengan pintu, air, dan lampu," tambah dia.
Dulu, di sepanjang musim gugur Kokila harus berjuang keras untuk mencari tempat buang hajat karena daun seluruh pohon dan semak sedang rontok.
Sementara di musim hujan, Kokila harus menangani sakit dan pegal di tangan karena harus memegang payung.
Namun Bhuwalia, desa tempat Kokila tinggal, menjadi salah satu kisah sukses program kesehatan yang diluncurkan pemerintahan PM Narendra Modi yang berkuasa sejak 2014.
Baca Juga : Begini Sensasi Menonton Konser Queen Secara Langsung Lewat Teknologi ScreenX pada Film Bohemian Rhapsody!
Kini rumah-rumah di desa Bhuwalia memiliki toilet dengan teknologi khusus yang bisa menghemat penggunaan air di kawasan yang memang kerap dilanda kekeringan itu.
Di bawah skema yang dijalankan pemerintah India, setiap keluarga di desa mendapatkan bantuan dana 15.000 rupee atau sekitar Rp 3 juta untuk membangun toilet yang layak.
Bantuan ini amat berarti bagi keluarga petani semacam Kokila yang penghasilan bulanannya kurang dari 10.000 rupee atau kurang dari Rp 2 juta.
Lewat program ini, pemerintah India mengklaim sudah membangun 86 juta toilet di seluruh negeri berpenduduk 1,25 miliar jiwa itu sejak Oktober 2014.
Pemerintah juga menambahkan program itu diharapkan mengurangi warga yang buang hajat di tempat terbuka dari 550 juta pada 2014 menjadi hanya 150 juta orang tahun ini.
Program "Swachh Bharat Abhiyan" atau "Misi Membersihkan India" memiliki tujuan akhir mengakhiri kebiasaan BAB di ruang terbuka pada 2 Oktober 2019.
Tanggal itu dipilih karena bertepatan dengan hari kelahiran pahlawan kemerdekaan dan pejuang sanitasi India, Mahatma Gandhi.
Program dengan biaya jutaan dollar AS itu menggabungkan upaya untuk meningkatkankesadaran, subsidi membangun toilet, serta mempermalukan secara publik mereka yang masih BAB di ruang terbuka.
UNICEF, salah satu lembaga dunia yang mendukung program ini, telah menggelar kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat pedesaan agar menggunakan toilet saat BAB.
"Kami tunjukkan bagaimana lalat menyebarkan penyakit setelah menghinggapi makanan atau minuman.
Mereka kini sadar membutuhkan toilet yang layak," kata Rushabh Hemani, staf UNICEF di Rajashtan.
Namun, ada tantangan lain yaitu buruknya infrastruktur ke berbagai desa di Rajashtan. Sehingga membawa material bangunan untuk mendirikan toilet merupakan pekerjaan yang tidak mudah.
Sehingga, warga desa dipimpin Laxman Damir, mantan tentara dan ayah mertua Kokila, mulai membangun jalan sendiri dengan menggunakan alat seadanya.
"Jika jalanan sudah ada, kami bisa menggunakan unta untuk mengangkut semen dan keramik," ujar Laxman.
Di sisi lain, sebuah laporan yang dirilis parlemen India pada Maret lalu menunjukkan adanya masalah lain.
Jumlah toilet yang dibangun di pedesaan memang banyak, tetapi sebagian hanya berfungsi sebagai gudang.
Sehingga, untuk memotivasi warga desa agar mau menggunakan toilet, tim pemerintah dan relawan melakukan patroli di desa-desa.
Mereka mencari orang yang masih BAB di ruang terbuka, menangkapnya dan mempermalukan dia di muka publik.
Tim yang dijuluki "pasukan selamat pagi" ini dengan berbekal obor dan peluit berkeliling desa mencari warga yang tengah BAB di pagi hari.
"Kami tak bermaksud jahat. Ini satu-satunya cara. Hanya lewat rasa takut, kami bisa menghentikan warga BAB di ruang terbuka," ujar Kokila. (*)
Artikel ini pernah tayang di Kompas dengan judul Kisah Desa di India yang Warganya Masih Enggan BAB di Toilet