IDEAOnline-Ada 3 tahap atau strata kondisi perilaku selama pandemi Covid-19 yang dialami masyarakat.
Setiap masyarakat, masing-masing individu akan mengalami tahapan kondisi psikis yang berbeda-beda bergantung pada beberapa situasi yang diperjuangkan. Antara lain ketahanan terhadap stres, latar belakang kesehatan mental, dan dampak disrupsi pandemi Covid-19 terhadap sosial ekonomi dan support sistem yang tersedia.
Demikian yang disampaikan oleh Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RS Pondok Indah Bintaro, dr Leonardi Goenawan SpKJ.
Menurutnya isolasi mandiri, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) danphysical distancingberdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap tingkat stress individu.
Secara umum, Leo menyebutkan masyarakat akan mengalami tiga tahap atau strata kondisi perilaku selama pandemi Covid-19.
Yaitu tahap disrupsi, tahap kebingungan dan ketidakpastian, dan tahap penerimaan.
Dirils dari Kompas.com, berikut penjelasan lebih rinci mengenai tiga tahapan psikologis yang berpotensi dialami setiap individu selama pandemi Covid-19.
1. Tahap Disrupsi
Baca Juga: Stres karena Covid-19? Jangan Berlarut, Lakukan 5 Hal Ini Segera agar tetap Sehat
Baca Juga: Jika Terpaksa Melakukan Perjalanan ke Luar Kota, Ini Aturannya selama PPKM Darurat Diberlakukan
Yaitu terjadinya perubahan pola hidup, rutinitas sehari-hari, keterbatasan dalam segala hal karena harus melalukan segala hal hanya dari rumah dan mengurangi beper gian jika tak perlu.
Keadaan ini menjadi semakin mencekam dengan adanyaberbagai informasi yang beredar terkait pandemi ini yang membuat banyak orang mengalami kecemasan tinggi karena khawatir tertular, sulit konsentrasi, yang kemudian diikuti oleh perubahan pola makan dan pola tidur.
Menurut dr, Leo keadaan ini akan membuat berbagai penyakit kronis yang diidap oleh seseorang akan kembali tidak stabil diiringi gangguan-gangguan psikis yang sebelumnya pernah dialami akan muncul lagi.
2. Tahap Kebingungan dan Ketidakpastian
Tidak adanya kepastian kapan pandemi akan berakhir menyebabkan perasaan lelah secara mental, dan bahkan merasa kehilangan kendali atas diri sendiri.
Bahkan tidak sedikit warga yang saat merasakan tahap kedua ini bertepatan dengan kondisi terhentinya sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang mengakibatkan kualitas hidup dengan sendirinya menurun, berbagai hal yang biasa dengan mudah terpenuhi, saat ini menjadi mustahil.
Beberapa indikasi juga bisa menyebabkan kualitas hidup menurun dalam tahap ini. Antara lain daya beli yang menurun drastis, ketersediaan barang menjadi langka, semua rencana sulit tergapai sesuai target.
Baca Juga: Mulai Hari Ini Stop Lakukan Hal Ini ke Karpet di Rumah, Bisa Hancur Bahkan Warnanya Memudar!
Semuanya ini akan membuat seseorang merasa kehidupan berjalan lambat, penuh kejenuhan, dan kekhawatiran.
Jika kondisi ini terus terjadi dalam jangka waktu panjang dan tidak bisa dikelola sendiri, sebagai pelarian,seseorang bisa saja meningkatkan konsumsi rokok, alkohol, dan penyalahgunaan obat yang mungkin pada awlanya dimaksudkan untuk meringankan beban pikiran.
3. Tahap Penerimaan
Tahap penerimaan berkaitan dengan standar normal yang baru.
Kondisi ini dicapai setelah seseorangberhasil melampaui tahap sebelumnya, kata Leo, akhirnya akan timbul sikap penerimaan tanpa syarat terhadap kondisi yang ada.
Tahap ini diikuti oleh berbagai perubahan dalam pola hidup dan kebiasaan baru di mana seseorang sudah mulai mampu beradaptasi dengan kondisi baru (new normal).
Di tahap ini seseorang akan menjadi lebih realistis dalam memandang kehidupan, termasuk terhadap situasi sebelumnya.
Beberapa perubahan yang mulai dilakukan seseorang setelah mencapai tahap ini adalah sebagai berikt.
- Mulai terbentuk gaya hidup stay at home
- Menurunnya mobilitas atau kegiatan bepergian
- Sering belanja online
- Lebih selektif dalam belanja atau tepatnya memilah kebutuhan atau keinginan
- Memilih makanan yang sehat dan lebih praktis, dan lain sebagainya.
#Rumahminimalis #Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork #Rumahtropis
(*)