IDEAOnline-Saat ini, penyembuhan pasien Covid-19 salah satunya dikaitkan dengan faktor imun yang dipengaruhi dari kesehatan fisik dan mental. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan faktor polusi udara, turut memengaruhi potensi infeksi dan keparahan Covid-19.
Hal ini mengemuka pada studi ilmiah tentang hubunganpolusi udara dengan tingkat keparahan pasien Covid-19.
Dilansir dari Kompas.com Selasa (13/7/2021), pasien yang memilik gejala berat dapat mengalami kondisi yang lebih buruk akibat polusi udara.
Baca Juga: 3 Siasat Mudah Atasi Panas dan Polusi pada Rumah Tropis di Tengah Kota
Berdasarkan penelitian di Kota Detroit Amerika Serikat, kota tersebut merupakan salah satu kota paling tercemar.
Para peneliti menemukan udara kotor berkontribusi dengan kondisi kesehatan pasien Covid-19.
Setelah mempelajari sebanyak 2.038 orang dewasa yang dirawat di rumah sakit daerah Detroit, para peneliti menemukan fakta-fakta sebagia berikut.
1. Buruknya lingkungan dengan polusi udara
Tempat tinggal pasien Covid-19 yang berada di lingkungan dengan tingkat polusi udara dan cat timbal yang tinggi, memungkinkan keparahan Covid-19.
Sehingga pasien Covid-19 memerlukan perawatan intensif hingga alat bantu pernapasan.
Semakin buruk kontaminasi udara lokal di lingkungan rumah mereka, maka semakin tinggi pula kemungkinan untuk membutuhkan perawatan intensif.
Baca Juga: 4 Hal Sering Dilupakan untuk Menjaga Kesehatan Kamar Tidur, Cek Yuk!
Bahkan mesin untuk membantu pernapasan saat mereka dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 yang parah.
2.Partikel halus dalam udara kotor membawa virus
Anita Shallal dari Rumah Sakit Henry Ford Detroid menyebutkan paparan polusi udara dalam jangka panjang ternyata dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia.
Jika terus dibiarkan, akibatnya mereka yang tinggal di lingkungan udara kotor seperti ini, rentan terhadap infeksi virus corona.
Tidak hanya itu, partikel halus pada udara kotor juga dapat membawa virus hingga membantu penyebaran virus corona masuk ke tubuh.
"Studi ini menarik perhatian pada ketidaksetaraan sistemik yang mungkin menyebabkan perbedaan yang mencolok dalam hasil Covid-19 di sepanjang garis ras dan etnis," kata Shallal dalam sebuah pernyataan dalam European Congress of Clinical Microbiology and Infectious Diseases.
Mengenai kondisi kerentanan suatu kelompok, Shallal menjelaskan kerentanan kelompok ini untuk mengalami keparahan Covid-19.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa komunitas kulit berwarna lebih mungkin berlokasi di daerah yang lebih dekat dengan polusi industri.
"Bekerja di bisnis tersebut membuat mereka terpapar polusi udara," kata dia.
#Rumahminimalis #Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork #Rumahtropis
(*)