Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Enggan Gunakan Beton Aerasi Pengganti Batu Bata? Ini Mitos dan Fakta

Johanna Erly Widyartanti - Rabu, 18 September 2019 | 13:00
Bau bata paling populer digunakan sebagai material dinding.
dok. htpfontana.com

Bau bata paling populer digunakan sebagai material dinding.

IDEAOnline-Selama ini orang lebih banyak terpaku pada pilihan batu bata untuk material utama pembuatan dinding bangunan.

Batu bata dianggap bahan yang paling umum digunakan.

Hal itu karena tradisi turun temurun yang berlangsung sejak nenek moyang.

Baca Juga: Seram! Sempat Berniat Beli Rumah Paranormal Sara Wijayanto, Raffi Ahmad Membatalkannya

Selain itu, batu bata juga merupakan bahan baku dinding yang paling mudah didapatkan.

Begitu kuatnya persepsi tersebut, menyebabkan lambannya penerimaan masyarakat pada bahan alternatif yang secara kualitas sebenarnya tak kalah dengan batu-bata.

Alhasil, sejauh ini peredaran bahan alternatif dinding baru sebatas di pasaran kota-kota besar.

Padahal, dari segi jenis dan varian, saat ini telah banyak material yang lebih praktis digunakan.

Salah satunya adalah beton ringan atau aerasi yang di pasaran ada beberapa macam merek, di antaranya: Hebel, Celcon, iBrick, Broco, Q-Panel.

Baca Juga: Cegah Dinding Rembes di Kamar Mandi, Inilah 4 Pelapis Paling Aman

beton aerasi secara ukuran lebih besar dengan batu bata sehingga menghemat waktu pemasangan.

beton aerasi secara ukuran lebih besar dengan batu bata sehingga menghemat waktu pemasangan.

Hebel Paling Populer

Banyak merek beton ringan, tetapi di lapangan, hebel yang paling populer.

Begitu populernya, sampai-sampai menjadi sebutan umum bagi semua produk beton aerasi.

Baca Juga: Tajir Banget! Tidak Hanya Rumah, Andre Taulany Miliki Garasi Berisi Mobil Antik hingga Studio Sendiri

Bisa jadi ini lantaran produk ini tertua.

Menurut catatan sejarah, Hebel pertama kali dikembangkan di Swedia pada tahun 1923.

Pengembangan ini dalam rangka mengurangi penggundulan hutan akibat penggunaan kayu untuk konstruksi rumah secara berlebihan.

Produk ini kemudian dikembangkan oleh Joseph Hebel seorang kontraktor bangunan asal Jerman sejak 1943.

Baca Juga: Yuk Cari Tahu Mengenai Hebel dan Beton Ringan di Sini!

Sejak 1960-an keduanya banyak dimanfaatkan untuk pembangunan rumah di daerah rawan gempa seperti di Jepang, Turki, dan Meksiko.

Material ini terbukti menjadi salah satu solusi terbaik untuk mengurangi resiko dari bahaya gempa bumi.

Di Indonesia sendiri, hebel baru dikenalkan pada tahun 1995.

Itupun konsumennya masih sebatas pada bangunan tinggi (bertingkat) dan rumah-rumah kawasan perkotaan.

Baca Juga: Cegah Dinding Rembes di Kamar Mandi, Inilah 4 Pelapis Paling Aman

Di Indonesia sendiri, Hebel baru dikenalkan pada tahun 1995.

Di Indonesia sendiri, Hebel baru dikenalkan pada tahun 1995.

Bahan pembuatan beton ringan aerasi jenis ini adalah campuran pasir kuarsa, kapur, semen, dan bahan pengembang yang dikategorikan sebagai bahan-bahan untuk beton ringan.

Bahan-bahan tersebut diproses secara kimia, sehingga terbentuk gas hidrogen yang membuat adonan bahan itu mengembang dan membentuk pori-pori kecil yang menyebabkan beton ini ringan.

Proses akhirnya adalah mematangkannya dengan memanggang dalam suatu oven bertekanan tinggi yang disebut autoclave chamber dengan uap panas hingga suhu 183°C.

Baca Juga: Bata Merah Bikin Rumah Hijau ini Humble dan Hangat, Lihat Juga 4 Tamannya yang Cantik!

Beton ringan aerasi tak hanya diproduksi untuk bahan dinding (blok), melainkan juga untuk lintel, anak tangga, panel dinding, dan panel lantai.

Masing-masing punya ukuran berbeda sesuai spesifikasinya.

Blok untuk dinding misalnya, ada dua macam: blok biasa dan blok jumbo.

Panel Dinding

Dengan cara sederhana, panel dinding dapat dipasang dengan waktu yang efisien.

Pertama-tama lakukan pengukuran secara presisi dan setelah panel berdiri dapat dikunci dengan besi siku.

Baca Juga: Solusi Lahan Terbatas, Ini Cara agar Ruang Attic Nyaman Digunakan

dinding Hebel sebelum dipelester.

dinding Hebel sebelum dipelester.

Mitos dan Fakta

Banyak orang enggan menggunakan material beton ringan aerasi, salah satunya karena adanya mitos seputar material ini.

1. Mitos: Beton ringan aerasi mudah dibongkar.

Fakta: Jika pemasangannya benar, dinding dari beton ringan aerasi sulit dibongkar. apalagi jika dipelester dan diaci secara benar.

Pencuri masuk ke dalam rumah bukan dengan cara membongkar dinding melainkan membobol kunci pintu atau jendela.

2. Mitos: Tidak cocok untuk dinding luar, lantaran mudah keropos oleh cuaca ekstrem.

Fakta:Jika akan digunakan di bagian luar, permukaan dinding harus dipelester dan diaci.

Pelesteran dan acian berfungsi sebagai pelindung. Pemplesteran dan pengacian akan melindungi dari cuaca ekstrem.

Baca Juga: Terdiri dari Susunan Bata yang Berongga, Tilik Inspirasi Rumah Modern Berlimpah Cahaya 365 M!

3. Mitos: Jangan digunakan untuk dinding kamar mandi karena mudah rusak oleh air.

Fakta: Untuk pemakaian di tempat basah dan lembap, hendaknya di atas balok sloof dibuat lapisan trasram (lapisan kedap air) dari campuran semen dan pasir dengan perbandingan 1:3.

Ketinggian trasram setidaknya sekitar 1 m.

4. Mitos: Tidak tahan terhadap air.

Fakta: Salah satu penyebab adanya mitos ini karena beton ringan aerasi berpori sehingga terlihat bisa menyimpan air.

Padahal, faktanya tidak demikian. meskipun berpori banyak, beton ringan aerasi memiliki daya serap air yang rendah.

Hal ini disebabkan pori-pori di dalam inti beton berdiri sendiri.

Baca Juga: Agar Tak Salah Pilih, Cek Dulu Kelebihan dan Kekurangan dari 4 Jenis Pelapis Dinding Ini

Masing-masing pori tidak saling berhubungan sehingga air tidak mudah merembes ke dalam material ini.

(*)

Editor : iDEA

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular