IDEAonline- Lewat penerapan desainnya, hunian ini menghadirkan kembali kenangan berharga dari sebuah keluarga.
There’s no place like home.
Baca Juga: Solusi Udara Sejuk Bersih Bebas Nyamuk, Kipas Angin Inverter Ini Bisa Dikontrol dengan Smartphone
Hampir semua orang mengakui kutipan tersebut. Sebab “rumah” meski hanya berupa satu kata, tetapi maknanya sama sekali tak sederhana.
Bangunan yang tampak biasa dari luar ini bukanlah sekadar tempat tinggal semata.
Di sanalah cerita perjalanan sebuah keluarga dimulai dan kelak menemui akhirnya.
Seperti kisah di rumah ini, di mana sang anak kini sudah menikah dan meninggalkan rumah masa kecilnya.
Baca Juga: Menilik Kembali Rumah Bergaya Tropis Milik Mendiang Sulli Eks F(x), Penuh Koleksi Pribadinya!
Namun, tidak dengan sang ayah yang masih sering berkunjung dan tinggal di rumah lama mereka.
Untuk itu, agar sang ayah selalu ingat setiap kenangan manis di masa lalu serta merasa nyaman, Marshelly Unger bersama sang suami, Adhika Damar Sandhisutra, merenovasi rumah tersebut.
Baca Juga: Selamatkan Bumi dengan Bangunan Hijau, Lakukan dengan 5 Cara Ini!
“Sebenarnya, secara keseluruhan ini semacam tribute untuk papa mertua.
Dia kan dari Jerman, setiap balik ke Indonesia pasti pulangnya ke Cikole.
Nah, agar si papa tidak merasa homesick, kisah masa lalu si papa sama anak-anak pas masih kecil serta konsep desain yang mirip seperti rumah di Jerman menjadi desain utama dari rumah ini,” ungkap Damar yang juga bertindak sebagai desainer interior rumah ini.
Damar pun menunjukkan empat kamar yang menjadi ruang paling penuh kenangan.
Keempat kamar tersebut menerapkan konsep empat musim yakni musim panas, gugur, dingin, dan semi seperti layaknya iklim di Jerman.
Di setiap kamar itu pula terdapat sebuah mural atau lukisan dinding.
Bukan lukisan biasa yang hanya sekadar pemanis ruang, melainkan memiliki kisah dari keluarga pemilik rumah ini.
Baca Juga: Waspada Penyakit yang Akan Datang Kala Banjir Lewat Furnitur, Lakukan Hal Ini Sebelum Terlambat
“Di kamar yang berkonsep autumn itu ada mural yang menggambarkan ketika papa dan mama sedang jalan berdua di hutan saat hujan turun.
Lalu, ada juga lukisan ketika kami sekeluarga bermain bersama anjing kesayangan kami,” cerita Shelly sembari mengingat masa kecilnya.
Selain lewat mural yang membangkitkan kenangan masa lalu, desain rumah ini dibuat begitu mirip dengan rumah sang ayah saat di Jerman.
Dinding-dindingnya yang tidak diaci secara halus yang kurang lebih sama seperti kondisi rumahnya di Jerman.
Ini ditambah adanya perapian di ruang tamu yang sangat mencirikan rumah ala Eropa.
Bila dilihat sekelilingnya, hunian ini terlihat mirip dengan rumah kabin.
Ya, rumah kabin identik dengan hunian yang berada di tengah alam baik hutan, dekat sungai, atau tebing, sehingga hawa sejuk dan segar begitu terasa.
“Dulu rumah ini masih desa banget.
Terus bisa ke hutan langsung dari pintu belakang.
Benar-benar nyatu sama alam banget. Sekarang pun, kita masih bisa lihat pemandangan hutan di luar dari jendela kamar summer room,” terang Shelly.
Baca Juga: Jadi Peranti Utama, Ini Letak Kompor yang Benar Menurut Feng Shui
Ciri khas lain dari rumah kabin adalah penggunaan material-material alam seperti kayu dan batu.
Baca Juga: Menilik Kembali Rumah Bergaya Tropis Milik Mendiang Sulli Eks F(x), Penuh Koleksi Pribadinya!
Rumah ini pun sebagian besar menggunakan material kayu, baik pada lantai, tangga, dan tiang-tiangnya.
Penggunaan batu tampak dari backsplash di dapur sehingga area ini terasa lebih industrial.
Secara keseluruhan, baik interior yang menciptakan kenangan masa lalu dan eksterior yang memberikan suasana asri dan tenang, berhasil menjadikan rumah ini begitu nyaman bagi penghuninya.
Tak heran, rumah ini diberi nama Daheim290.
Daheim dalam bahasa Jerman berarti “merasa seperti di rumah”
Artikel ini tayang di majalah IDEA edisi 182
(*)