Dulu, nenek moyang kita mandi diluar, di luar rumah. Di pancuran di sungai, atau dengan ember saja di sebuah ruang terbatas dinding sederhana dengan atapterbuka dekat sumur.
Keberadaannyadekat sekali dengan air, sumber hidup kita.
Baca Juga: Menilik Rumah Termahal di Eropa yang Mirip dengan Gelembung, Harganya Tembus Rp 5,9 Triliun!
Secara tidak langsung ia juga berhubungandengan aktivitas “buang air” baik buangair kecil dan air besar.
Hal ini membawakita kepada pemikiran tentang sanitasi, kesehatan.
Semakin modern kita, persinggungandengan banyak budaya memberikanbanyak alternatif sekaligus kebutuhan danstandar-standar.
Budaya mandi Jepangdan Eropa tadi membuat kita bertanya, bagaimana cara mandi yang benar, kolektif atau individual? Seberapa lama kitaperlu menghabiskan hidup kita di kamarmandi?
Yang mutakhir ini ada tuntutanmengenai masalah “kesinambungan” atau “keterdukungan”, bahasa Inggrisnya “sustainability” yang mempertanyakansetiap aktivitas kita bila dihadapkan kepadamasalah-masalah yang menyangkutkeberlangsungan hidup kita sebagai spesiesmanusia secara global yang dapat dimulai secara individual.