IDEAonline –Salah satu syarat hidup sehat di rumah sehat yang kita warisi dan menjadi tradisi berkota, bahkan dijadikan peraturan kota, bisa kita pahami sebagai sebuah prasyarat hidup sosial bermasyarakat.
Manusia memerlukan energi, bermetabolisme dan mengeluarkan ampas kotoran yang harus diolah.
Septic tank, dari asal kata sederhananya saja sudah menunjukkan tugasnya mengolah pembusukan di dalam satu tanki khusus di bawah tanah dengan proses bakterial.
Bakteri yang ada di tanah itu akan mengurai ampas kotoran manusia yang sebagian diendapkan, sebagian lagi diresapkan ke tanah.
Diharapkan melalui proses ini, kotoran itu sudah jauh berkurang kadar kotornya yang dapat diukur melalui taraf bau.
Bakteri memerlukan udara untuk hidupnya; semakin banyak bakteri penyakit, biasanya semakin berbau karena mereka memerlukan udara.
Di tanah lahan kita, selain ada sosok rumah, ada septic tank dan sumber air yang perlu dipertimbangkan letak lokasinya secara sosial maupun fungsional dan kepraktisan serta kemungkinan perawatan (maintenance atau reparasi) di masa depan.
Sumber air selain PDAM/PAM kita biasa mempunyai sumur pompa yang sebaiknya diletakkan di area belakang yang cukup terbuka, paling tidak mempunyai ruang gerak diameter 2 meter untuk keleluasaan pengeboran.
Kalaupun sudah ada, kemungkinan diperdalam bila kering, perlu selalu dipertimbangkan.
Sumber air bersih ini sebaiknya berada sejauh mungkin dari rembesan septic tank yang memang dianggap masih berkemungkinan menyebarkan bakteri kotoran beracun.