Dia melanjutkan, areabawah dirancang untuk hutan buatan guna merekayasa iklim mikro kawasan besertaekosistemnya ditambah sebuah pusat penelitian hutan.
Hal ini karena jumlah lahan untuk ruang terbuka hijau (RTH) sebagai pemasok oksigen kini terus terkikis oleh kebutuhan bangunan, jalan dan infrastruktur lainnya.
"Nah, hutan buatan tersebut untuk mengusahakan agar ekosistem bisa terus terjaga keseimbangannya," imbuh Ridwan.
Skenario urbanisasi yang terus meningkat menjadi pertimbangan mengapa bandara masa depan harus mewadahi pesawat Vertical Take Off and Landing (VTOL).
Di dalam gedung sendiri RIE menggunakan moda transportasi hyperloop untuk mengoneksikan empat zona yang berada di dalam terminal.
Dalam rancangan RIE, bandara bukan sekadar pusat transportasi dengan volume lalu lintas udara sangat tinggi, melainkan juga tempat kerja, pusat perdagangan, rekreatif, dan tempat pertukaran kebudayaan yang merupakan gerbang dunia menuju Amerika.
Dari segi teknis kami mengusung teknologi mutakhirdengan nano tech, kecerdasan buatan, dan energi terbarukan untuk mendukung bumi yang lebih ramah lingkungan.
Baca Juga: Pandemi Membuka Kesempatan Desain Ulang Ibu Kota Negara Baru
Lima Sekawan
Secara pribadi, Ridwan menyukai isu publik arsitektur, keberlanjutan, dan teknologi.
Sejak mahasiswa tahun ke-3, dia sudah memiliki niat mengikuti kompetisi Fentress Global Challenge.