Kejadian itu kembali terulang di Melbourne pada tahun 2016 dan menewaskan delapan orang, serta membuat sekitar 8.000 orang harus dirawat di UGD.
Namun, tidak ada yang mengerti mengapa fenomena ini terjadi, sebab hujan biasanya akan membersihkan serbuk sari dari udara.
Selain itu, ukuran spora rye pollen di wilayah Melbourne terlalu besar untuk dapat dihirup dengan mudah dan umumnya akan bersarang di sinus sebelum mencapai paru-paru.
Lantas, bagaimana badai petir bisa memicu serangan asma?
Peneliti dari University of Georgia mempelajari peristiwa yang terjadi di Australia, mereka menemukan aliran udara dingin di dalam badai mengirim jamur dan serbuk sari mencapai awan, di mana tingkat kelembaban dan pencahayaan memecah spora.
Selanjutnya, pecahan itu kembali ke daratan dalam ukuran yang lebih kecil, partikel itu kemudian dapat melewati hidung dan sinus menuju ke dalam paru-paru.
"Dalam penelitian ini, kami menemukan serbuk sari tidak naik pada hari-hari sebelum badai, yang kemudian membuatnya aneh untuk membuat rawat inap meningkat akibat serbuk sari," kata Jena.
Studi sebelumnya juga menunjukkan bahwa kenaikan suhu yang cepat dapat memicu masalah pernapasan yang diamati pada hari-hari sebelum badai petir.
Lebih lanjut studi yang dilakukan Jena mencoba menganalisis klaim asuransi Medicare untuk kunjungan UGD yang terkait dengan gangguan pernapasan akut antara Januari 1999 dan Desember 2012.
Selanjutnya, membandingkan data itu dengan data atmosfer dan petir di National Oceanic and Atmospheric Administration untuk setiap wilayah di Amerika Serikat.