IDEAOnline-Bagi penderita penyakit asma, sepertinya harus waspada dengan kemungkinan dampak yang ditimbulkan dari badai petir.
Sebuah penelitian yang diterbitkan di JAMA Internal Medicine, Senin (10/8/2020), mengungkapkan selama hari-hari sebelum badai besar melanda, kunjungan unit gawat darurat di rumah sakit untuk manula meningkat.
Pasien sebagian besar menderita asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Kendati penelitian tersebut menggunakan data Medicare untuk pasien lanjut usia, berusia 65 tahun ke atas, namun ternyata dampaknya sama bahayanya bagi pasien yang lebih muda dengan penyakit pernapasan yang parah.
Hal itu disampaikan penulis studi Dr. Anupam Jena, profesor Health Care Policy di Harvard Medical School, seperti dikutip dari CNN, Selasa (11/8/2020).
"Ini pasti juga berdampak pada anak-anak dan orang dewasa muda dengan asma," kata Jena.
Dia menambahkan pihaknya hanya memerlukan data spesifik yang disediakan Mediacare, sehingga peneliti dapat membandingkan tingkat rawat inap dengan pola cuaca di daerah kecil.
Studi tersebut menemukan kunjungan di UGD mencapai puncaknya sehari sebelum badai, dengan rata-rata 1,8 kunjungan tambahan per juta penerima manfaat.
"Kunjungan itu bukan selama badai petir saat turun hujan. Tapi setelah badai usai, kami melihat tingkat kunjungan ke UGD menurun," ungkap Jena.
Fenomena badai asma Fenomena yang kemudian disebut "thunderstorm asthma" ini pertama kali dicatat di Birmingham, Inggris pada tahun 1983 dan di Melbourne, Australia pada tahun 1987.
Pada saat itu, gelombang serangan asma yang meluas tampaknya terkait dengan badai petir yang dahsyat selama tingginya jumlah serbuk sari.
Baca Juga: Rumah Penuh Polutan Ini Gejalanya! Pakai Tanaman untuk Menyerap Zat Berbahaya Ini