Adhytiani menyebutkan, di kalangan warga muda aktif, ternyata sebesar 89 persen merasa sangat khawatir atau khawatir dengan dampak-dampak krisis iklim.
"Mayoritas dari mereka (59 persen) merasa sangat khawatir dan menganggap krisis iklim sebagai salah satu tantangan terbesar generasi ini," ucap dia.
Sementara 30 persen lainnya merasa khawatir dan melihat krisis iklim sebagai sebuah masalah yang serius.
Hanya 0,6 persen dari responden survei yang merasa tidak begitu khawatir dengan dampak-dampak krisis iklim.
Bahkan, hanya 5 orang saja dari delapan ribu responden tersebut yang tidak percaya dengan krisis iklim.
"19 dari 20 orang percaya bahwa manusia adalah faktor penyebab terjadinya krisis iklim," tuturnya.
Baca Juga: Pandemi Corona: Emisi Karbon Global Turun Ekstrem, Krisis Iklim Masih Mengancam
Ilustrasi-Dampak perubahan iklim.
Namun, sekitar 79 persen para pemuda Indonesia atau responden juga optimis bahwa Indonesia bisa jadi salah satu pemimpin dunia dalam mengatasi krisis iklim ini.
Menanggapi hasil survei ini, peneliti muda sekaligus pegiat kebun rumah Rara Sekar mengatakan, dengan hasil survei ini, mengafirmasi kalau krisis iklim bukan hanya di luar negeri saja, tapi di Indonesia juga sudah terjadi.
Ia menambahkan, ada semacam kehausan dari anak muda untuk terlibat dalam perlawanan ini.
"Semangat pada zaman sekarang ini adalah melawan krisis iklim. Ke depannya, akan semakin banyak pressure groupdari kalangan anak muda untuk mendorong perubahan,” tegasnya.