IDEAonline –Terlihat lebih modern, tapi tak membuat orang melupakan gaya lamanya.
Rumah di bilangan Rawamangun, Jakarta Timur ini, bila dilihat sebelum dan sesudah direnovasi tak terlalu terlihat berbeda, walaupun bangunan baru dibuat lebih modern.
Ini karena paduan antara arsitektur tahun 60-an dan arsitektur modern ini dikemas dengan sangat baik oleh tim desainernya, yaitu Je-Feriasthama.
Gaya lama rumah ini memang sengaja dipertahankan oleh tim desain karena sekarang ini banyak bangunan yang menggunakan gaya arsitektur lama yang dimodernkan.
Baca Juga: Bisa Picu Kematian Pasien Covid-19, Penyakit Tidak Menular (PTM) bisa Dicegah dengan Cara Ini
Baca Juga: Membersihkan Kamar Mandi Perlu Trik yang Tepat, Kenali Jenis Nodanya!
Mereka pun ingin menerapkan ide tersebut pada rumah ini.
Gaya Lama dan Modern
Bangunan lama yang bergaya jengki ingin dipertahankan oleh sang arsitek. Gaya yang sempat menjadi tren di era tahun 60-an ini memang tergolong unik.
Dengan membuat beberapa bagian bangunan tak simetris, justru membuat arsitektur jengki menonjol.
Gaya arsitektur jengki dipertahankan di rumah ini dengan penggunaan jalusi-jalusi yang dimodifikasi untuk menyaring cahaya.
Jalusi yang biasanya digunakan untuk memasukkan cahaya, di rumah ini diubah sedikit fungsinya menjadi penyaring cahaya agar di dalam rumah tidak silau. Jalusi ini dimiringkan sehingga menyerupai atap yang miring pada bangunan lamanya.
Baca Juga: Merawat Microwave, Jangan Tunggu Sampai Kotor untuk Membersihkannya
Baca Juga: Agar-agar Bisa Dipakai sebagai Penyubur, Utamanya untuk Tanaman Pot
Bagian samping bangunan yang merupakan balkon, ditonjolkan dengan menambah dinding yang berbentuk kotak sehingga terlihat maju dari bangunan asalnya.
Penonjolan balkon berbentuk kotak ini menguatkan kesan modern yang ingin diperoleh di rumah ini.
Struktur-struktur yang masih bisa digunakan pun dipertahankan agar tak perlu lagi membuat struktur baru yang tentu saja akan memakan biaya yang cukup besar.
Pencahayaan Alami
Rumah ini terletak di lahan hoek, jadi seharusnya mendapatkan lebih banyak sinar matahari dibandingkan dengan rumah di lahan yang terjepit.
Namun tetap saja ada beberapa bagian rumah yang tidak mendapatkan cahaya matahari yang cukup. Ini karena rumah tersebut berada di tengah-tengah kompleks perumahan yang padat, sehingga sinar matahari banyak terhalang.
Untuk mengakalinya, tim arsitek pun membuat sebuah bukaan yang cukup besar di area tangga.
Baca Juga: Bisa Picu Kematian Pasien Covid-19, Penyakit Tidak Menular (PTM) bisa Dicegah dengan Cara Ini
Baca Juga: Mau Olah Raga di Rumah? Yang Terbaik Kata Dokter untuk Turunkan Berat
Bukaan ini memungkinkan sinar matahari masuk ke dalam rumah dengan leluasa, sehingga pada siang hari rumah ini tak perlu menggunakan pencahayaan buatan.
Sedangkan di ruang keluarga di lantai 2, yang letaknya terjepit oleh kamar-kamar, satu dinding yang searah dengan sinar matahari ditinggikan dan dibuat plafon miring.
Kemudian diberi bukaan pada bagian atas dinding tersebut, sehingga sinar matahari pun dapat masuk dengan maksimal.
Renovasi Bertahap
Biasanya pada saat renovasi berlangsung, penghuni rumah akan pindah ke rumah kontrakan atau rumah saudara sampai selesai renovasi.
Namun tidak demikian yang terjadi di rumah ini.
Aktivitas pindah rumah ini ditiadakan dengan cara merenovasi lantai 2 terlebih dahulu.
Pada saat renovasi dilakukan di lantai 2, penghuninya bebas beraktivitas di lantai 1.
Demikian pula sebaliknya, setelah lantai 2 selesai, penghuni pindah di lantai 2 dan beraktivitas dengan bebas di sana tanpa terganggu kegiatan renovasi di lantai 1.
#BerbagiIDEA #Berbagicerita #BisadariRumah #GridNetwork
Artikel ini tayang di Tabloid RUMAH edisi 95