Follow Us

Ilmuwan Australia Ciptakan Kulit Buatan yang Bisa Rasakan Sakit, Hebat Banget!

Kontributor 01 - Kamis, 17 Desember 2020 | 07:00
Ilustrasi, jaringan synapse saraf pada otak yang menerima sinyal rangsangan dari kulit
Kompas.com

Ilustrasi, jaringan synapse saraf pada otak yang menerima sinyal rangsangan dari kulit

IDEAOnline-Peneliti di Universitas RMIT Australia kembangkan kulit buatan elektronik, yang bereaksi pada rasa sakit seperti kulit asli.

Temuan ini membuka kemungkinan pengembangan robot dan prostetik cerdas serta cangkok kulit.

Kulit artifisial berupa sensor elektronik penala rasa sakit itu, bekerja dengan menyalin jalur transmisi saraf yang menghubungkan reseptor pada kulit dengan otak.

Dengan itu dilakukan replikasi respons umpan balik tubuh pada sinyal rasa sakit, yang dikirim ekstra cepat ke otak.

Rasa sakit merupakan metode esensial tubuh manusia untuk membantu menghindari kerusakan, yang bisa menyebabkan kematian.

"Kulit adalah organ sensorik tubuh paling besar, dengan fitur sangat kompleks dan didesain mengirim sinyal peringatan ekstra cepat, jika ada cedera pada tubuh," kata Madhu Bhaskaran penulis laporan ilmiah itu dalam sebuah pernyataan belum lama ini.

"Kita menala segala hal, setiap waktu melalui kulit. Tapi respons rasa sakit hanya bereaksi pada poin-poin tertentu saja, misalnya saat menyentuh benda yang sangat panas atau sangat tajam. Hingga kini, belum ada teknologi elektronik yang bisa meniru secara realistik perasaan rasa sakit pada manusia," tambah peneliti di Royal Melbourne Institute of Technology - RMIT Australia itu.

Baca Juga: Ilmuwan Temukan 5 Gen Kunci yang Berhubungan dengan Kondisi Covid-19 Paling Parah

Ilustrasi robot yang menggantikan fungsi manusia.
Kompas.com

Ilustrasi robot yang menggantikan fungsi manusia.

Pengembangan robot dan prostetik cerdas Prototipe kulit artifisial yang sangat tipis itu mampu merasakan perubahan tekanan, panas atau dingin.

Target para peneliti antara lain, mengembangkan robot lebih cerdas dan meningkatkan kepekaan prostetik serta alternatif lebih baik buat transplantasi pengganti kulit asli.

Source : kompas

Editor : Maulina Kadiranti

Baca Lainnya

Latest