Follow Us

Tidak Benar Polusi Udara Jakarta Menurun karena Pandemi, Ini Sebabnya!

Johanna Erly Widyartanti - Minggu, 10 Januari 2021 | 07:00
Ilustrasi polusi di luar ruang, nisa berasal dari asap mobil.
Kompas.com

Ilustrasi polusi di luar ruang, nisa berasal dari asap mobil.

IDEAOnline-Beberapa waktu yang lalu, tepatnya Selasa (1/12/2020), tagar #langitjakarta menjadi trending topic di media sosial Twitter.

Tagar #langitjakarta mengindikasikan cerahnya langit ibu kota Jakarta, berwarna biru terang dengan awan-awan putih yang terlihat jelas, tanpa terhalau kabut polusi.

Selain trending langit biru yang cerah di Jakarta, banyak anggota masyarakat menyebut polusi udara di Kota Jakarta juga lebih rendah daripada biasanya pada tahun 2020 ini.

Hal ini dikaitkan dengan berkurangnya aktivitas di Ibu Kota akibat pandemi Covid-19 yang juga melanda ratusan negara di dunia.

Padahal, Kota Jakarta telah lama dikenal dengan kota metropolitan yang kualitas udaranya buruk karena polusi dan emisi karbon.

Lantas, benarkah polusi udara di Jakarta menurun selama pandemi Covid-19?

Para aktivitis lingkungan angkat bicara dengan fakta yang mereka temukan di lapangan.

1. Konsentrasi PM 2.5 lampaui ambang batas tahunan.

Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Bondan Andriyanu mengatakan, secara kasatmata, langit biru dan cuaca cerah memang terasa membawa udara segar untuk warga ibu kota Jakarta.

Namun, dari data, hal itu berbanding terbalik karena minimnya hari dengan kualitas udara sehat, yang tercatat dari alat pemantau kualitas udara di dua stasiun, yakni di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.

Berdasarkan pengumpulan data oleh Greenpeace Indonesia sejak bulan Januari hingga 12 Desember 2020, ditemukan bahwa kualitas udara selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mayoritas masih dalam kategori sedang hingga tidak sehat untuk kelompok sensitif.

Editor : Akhmad Juanda

Baca Lainnya

Latest