"Covid-19, kelihatannya lebih parah. Virus tersebut melewati mukosa dan merambat ke neuron, yang membawa pesan penciuman ke otak," kata dia.
Virus corona dapat menyebabkan kematian neuron penciuman, mungkin secara tidak langsung, tapi melalui peradangan di sel sekitarnya.
"Itulah alasan mengapa lama sekali bagi beberapa orang untuk dapat mencium kembali, karena di dalam sana, virus ini telah mempengaruhi penerusan sinyal ke otak."
Salah satu peserta dalam penelitian Profesor Roura telah kehilangan indra penciumannya selama empat bulan.
Berapa Banyak Pasien COVID-19 yang Kehilangan Penciuman?
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkategorikan hilangnya kemampuan penciuman sebagai salah satu gejala yang dialami beberapa pasien Covid-19.
Namun Profesor Roura mengatakan, kebanyakan pasiennya masih tidak bisa mencium bau meski sudah sembuh.
"Kurang lebih ada 80 persen pasien yang kami identifikasi, kemampuan penciuman mereka hilang, dan selain itu, dampaknya besar sekali," ucap Profesor Roura.
Beberapa orang kehilangan kemampuan penciuman di masa awal tertular Covid-19.
Bagi beberapa lainnya, gejala ini muncul setelah gejala lain hilang.
"Tentu saja ada variasi tentang bagaimana setiap orang merespons virus tersebut," kata dia.
"Namun kelihatannya ada mekanisme umum di mana virus ini dapat melawan sistem perlindungan diri dari selaput lendir dan masuk lebih dalam, sehingga mempengaruhi sistem saraf dan neuron. Inilah yang menyebabkan penyembuhan lebih lama."