IDEAOnline-Krisis air bersih menjadi ancaman bagi Indonesia dan dunia.
Krisis air bersih ini diprediksi bakal terjadi di tahun 2030.
Berbagai negara di dunia termasuk Indonesia direkomendasikan untuk menerapkan teknologi smart wartermenghadapi krisis air bersih ini.
Business Vice President Industrial Automation Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Hedi Santoso mengatakan, pada tahun 2030 masyarakat dunia akan menghadapi defisit air mencapai 40 persen dalam kondisi iklim yang sama atau bahkan lebih buruk daripada yang terjadi saat ini di sejumlah negara.
Krisis air bersih disebabkan kombinasi dari tiga faktor yaitu pertumbuhan populasi dan perubahan demografi, urbanisasi, dan perubahan iklim.
"Kondisi ini menuntut pengelolaan air yang efisien dan andal untuk memastikan keberlanjutan ketersediaan air bersih untuk seluruh masyarakat dan makhluk di bumi," kata Hedi dalam keterangan tertulis, Selasa (16/03/2021).
Sebagai solusiterhadap krisis air yang perusahaan Schneider Electric memperkenalkan sebuah produk sistem arsitektur EcoStruxure.
Baca Juga: Peduli Bumi, Ini 4 Cara Bikin Resapan Air Multifungsi di Rumah
Sistem arsitektur EcoStruxure™ for Water and Wastewater ini diklaim dapat membantu menghasilkan air berkualitas tinggi.
Selain itu juga dapat melakukan purifikasi air limbah yang berkelanjutan, dan efisiensi operasional.
Arsitektur EcoStruxure™ for Water and Wastewater telah banyak dimanfaatkan pada proyek-proyek pengelolaan air dan air limbah di seluruh dunia.
Antara lain Anglian Water di Inggris, Shuqaiq 3 di Arab Saudi, pabrik pengolahan air limbah di California, dan Herning Water di Denmark.
"Solusi ini telah terbukti dapat mengurangi konsumsi energi hingga 30 persen, meningkatkan efisiensi operasional pada instalasi pengolahan air dan jaringan distribusi air hingga 25 persen, dan mengurangi total biaya kepemilikan (TCO) asset hingga 20 persen,” tutup Hedi. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Tahun 2030 Bakal Terjadi Krisis Air, Teknologi Smart Water Diperlukan
#BerbagiIDEA