Selain itu, dari sisi sosial, kejenuhan di tengah pandemi, mengakibatkan banyak orang menyalurkan hobinya sebagai jalan keluar, dan bahkan tak sedikit yang punya hobi baru.
Hobi bertukang mumbuat dan menciptakan barang kebutuhannya secara DIY (Do it Yourseft), salah satunya (di samping hobi lain seperti berkebun, atau memasak).
Kondisi ini akan mendorong diciptakannya furnitur-furnitur yang dibuat secara handmade (buatan tangan) atau custom (dibuat sesuai pesanan).
Di kesempatan lain, pendapat 2 arsitek dalam sebuah forum diskusi yang diselenggarakan oleh IdeaOnline beberapa waktu lalu, masih relefan dikaitkan dengan kondisi sekarang.
Hezby Ryandi, arsitek dari Delution. Architect, mengungkapkan bahwa semua yang berasal dari kerajinan tangan akan semakin disorot.
“Tren furnitur ke depannya akan mengedepankan kearifan lokal yang dibuat secara handmade namun tetap di-combine dengan teknologi,” ujarnya.
Baca Juga: Jati Belanda Urat dan Mata Kayunya Memesona, Bekas Peti Kemas yang Naik Kelas
Sejalan dengan Hezby, Cosmas Gozali, arsitek dari Atelier Cosmas Gozali, juga mengungkapkan bahwa teknologi mampu menjawab bentuk, tekstur, dan kebutuhan sehingga kreativitas tidak akan berhenti.
“Akan banyak desainer furnitur yang makin kreatif dan inovatif dalam merancang perabot, mulai dari yang unik, multifungsi yang compact, easy use, hingga yang ramah lingkungan,” ujarnya.
Dari segi material, tren furnitur ke depannya masih banyak menggunakan material lokal yang alami, misalnya rotan dan kayu.