Masyarakat bisa menanyakan izin edar tersebut pada fasilitas kesehatan (faskes) terkait merek atau tanggal kadaluarsa alat yang digunakan.
Baca Juga: Mutasi Virus Pemicu Tsunami Covid-19 di India Tak Terdeteksi PCR? Ini kata Ahli
“Kadarluasa alat swab antar merek pun berbeda beda. Umumnya sebuah alat swab bisa bertahan bertahun-tahun dari masa produksinya,” ujar dr. Hadian.
Selama pemeriksaan swab antigen atau PCR dilakukan oleh petugas yang telah terlatih, maka hasil pemeriksaan dapat dipertanggungjawabkan karena para petugas telah memiliki sertifikat pelatihan.
Keakuratan hasil dapat diperoleh dari laboratorium yang terstandarisasi serta didukung oleh tenaga terampil dan terlatih.
Disamping itu, terdapat Dokter Spesialis Patologi Klinik sebagai penanggung jawab hasil pemeriksaan swab, baik antigen maupun PCR.
“Penggunaan alat swab harus dilakukan oleh tenaga terlatih dari laboratorium yang terstandar. Terdapat teknik dan perlakuan khusus mulai saat persiapan, pemeriksaan, hingga pengelolaan limbah infeksius,” ujar dr. Selvi.
Penggunaan alat swab yang tepat yaitu dengan cara memasukkan ke rongga hidung sampai batas nasopharings, ke rongga mulut sampai batas oropharings, lalu diusap bolak balik dengan stik swab.
“Penggunaan alat swab yang tidak tepat dapat menimbulkan komplikasi berbahaya termasuk perdarahan hidung,” ujar dr. Hadian.
Sebagai catatan, masyarakat umum tidak diperkenankan untuk membeli alat swab sendiri karena penggunaan alat swab harus dilakukan dan dalam pengawasan tenaga medis ahli. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kasus Rapid Test Bekas Kualanamu, Begini Cara Mengenali Alat Swab Baru