IDEAonline - IDEA lovers, sudah mendengar kasus berbeda dua Dokter yang sempat terpapar Covid hingga dua kali?
Ternyata ada yang bernasib tak beruntung ada yang justru sembuh dan makin kebal. Simak di sini
Menurut laporan kasus baru yang diterbitkan di Lancet Infectious Diseases, seseorang tidak hanya berpeluang terinfeksi Covid-19 dua kali, tetapi juga bisa lebih parah ketika terinfeksi untuk kedua kalinya.
Infeksi ulang bisa terjadi dalam kurun waktu yang cukup cepat, 48 hari antara tes positif pertama dan kedua yang dilakukan pasien.
Mengenai fenomena ini, beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa antibodi virus corona bertahan setidaknya tiga bulan.
Namun, para peneliti dan pejabat kesehatan masyarakat berulang kali mengatakan bahwa belum ada cukup bukti untuk mengatakan seberapa baik antibodi Covid-19 dan berapa lama mampu melindungi orang dari infeksi di kemudian hari.
Dalam beberapa laporan sebelumnya, mereka yang terkena Covid-19 dua kali tampaknya memiliki kasus yang lebih ringan atau bahkan tanpa gejala ketika terinfeksi kedua kalinya.
Ini menunjukkan bahwa infeksi sebelumnya mungkin memberi beberapa perlindungan kekebalan.
Studi baru mempertanyakan apakah efek itu selalu terjadi atau tidak.
Baca Juga: Siapa Sangka Mencuci Handuk Harus dengan Cara Seperti Ini, Bakteri dan Jamur Hilang Dalam Semalam!
“Reinfeksi sangat penting untuk membangun sistem kekebalan kita. Tapi seperti apa pun, ketika cukup banyak orang yang terpapar ulang, akan ada kasus langka di sana-sini, di mana seseorang itu bisa saja lebih sakit ketika terinfeksi untuk kedua kalinya," tulis epidemiologi di Harvard T.H. Chan School of Public Health, Dr. Michael Mina, dikutip dari Kompas.com (14/10/2020).
Studi baru tersebut perlu menggarisbawahi bahwa kekebalan terhadap Covid-19 tidak dapat dijamin, bahkan untuk orang yang sudah pernah terinfeksi.
Infeksi ulang mungkin saja terjadi dan potensi itu harus ditanggapi dengan serius.
Mengenai kondisi tersebut, dialami oleh 2 dokter berikut ini dari dua negara yang berbeda.
Dr John Wright, dokter dan ahli epidemiologi di Inggris, pada pertengahaan 2020 dari hasil test usap mandiri diketahui positif Covid-19. Tapi tidak menunjukkan gejala.
Karena merasa pernah terkena virus inilah, ia beranggapan telah imun dan "tidak akan terkena lagi". Dikutip dari BBC News (18/12/2020).
Tapi akhir 2020, Desember, dirinya menjalani test usap kembali. Hasilnya dirinya kembali positif. Saat ini dibarengi dengan gejala. Dirinya kehilangan kemampuan indra penciuman.
Mendapati kenyataan seperti itu Wright bertanya-tanya: apakah tes pertama beberapa bulan lalu tidak akurat? Atau apakah dimungkinkan seseorang terkena Covid-19 dua kali?
Pastinya Wright harus melakukan isolasi di rumah selama 10 hari.
Baca Juga: Bahan Rumahan Ini Ampuh Buat Kerak di Akuarium Hilang Tak Bersisa, Bapak-bapak Wajib Coba di Rumah!
Mengenai apa yang dialaminya ini Wright mendiskusikannya dengan Profesor Paul Klenerman, guru besar di Universitas Oxford yang memimpin penelitian tentang imunitas nasional pada Covid-19.
Juni lalu, Wright ikut studi Klenerman di mana ia menjalani tes antibodi dan tes T-cell.
Ketika itu, tes antibodi menunjukkan negatif sedangkan tes T-cell (sel T) memperlihatkan positif.
Untuk diketahui, tes antibodi adalah tes darah untuk mengetahui apakah seseorang pernah terkena Covid-19 sebelumnya.
Tes sel T, satu tipe sel darah putih yang membunuh virus, juga ditujukan untuk mengetahui apakah seseorang pernah terkena virus corona.
Sel T memerangi infeksi dan sel ini bisa membantu menambah antibodi ketika kita terkena infeksi lagi.
Nah, dari hasil studi yang diikuti Wright, menurut Klenerman apa yang terjadi dengan Wright sangat menarik.
Klenerman mengatakan, mungkin saja kekebalan yang terbangun luntur seiring dengan berlalunya waktu.
Meski luntur, sel T masih memiliki semacam memori yang bisa mendeteksi bahwa tubuh terinfeksi Covid-19.
Hal ini membuat Wright bertanya-tanya apakah sel T di tubuhnya sebenarnya mendeteksi jenis virus corona lain, seperti pilek biasa.
Mengenai hal itu, Klenerman mengatakan masih terlalu awal untuk mengambil keputusan ini.
Klenerman menekankan kita tak tahu hingga kapan daya tahan tubuh ini bertahan, baik yang pernah terkena Covid ataupun yang disuntik vaksin.
"Klenerman dan timnya akan melakukan tes lagi untuk menyelidiki lebih lanjut [kasus yang saya alami]," kata Wright.
Jika memang Wright terinfeksi lagi, salah satu penjelasannya adalah ia terkena varian baru dari virus corona yang beredar di Inggris.
Berbeda dengan Wright, seorang dokter perempuan di Indoensia ini meninggal dunia setelah terpapar Covid-19 kedua kalinya.
Dokter perempuan asal Kota Tebingtinggi, Sumatra Utara ini meninggal dunia, Selasa (31/8/2021) malam.
Informasi diperoleh, dokter bernama Liswati meninggal dalam perawatan di Rumah Sakit Siloam Medan.
Dari catatannya, melansir InewsSumut.id (2/9/2021), diketahui sang dokter sudah dua kali terpapar Covid-19.
Juru Bicara Satgas Covid-19 Tebingtinggi Henny Sri Hartati saat dikonfirmasi membenarkan kabar duka tersebut.
"Dokter ini meninggal di RS Siloam Selasa malam. Dia bertugas di Dinas Kesehatan Batubara, namun berdomisili di Tebingtinggi dan dimakamkan di sini," ujarnya, Rabu (1/9/2021).
Menurutnya, Dokter Liswati pada awal pandemi termasuk salah satu nakes yang terpapar Covid-19.
Ketika itu, dia dirawat selama sebulan di RS Siloam sampai sehat dan sembuh.
Belakangan ini, almarhumah kembali terpapar, dan meninggal dunia dalam perawatan.
"Selamat jalan dokter yang baik hati. Semoga keluarga yang berduka ikhlas menerima," katanya.
Artikel ini pernah tayang di gridhealth.id dengan judul 2 Dokter Terpapar Covid-19 Hingga 2 Kali Tapi Beda Nasib, 1 Meninggal, 1-nya Imunitas Semakin Kuat
#Rumahminimalis #Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork #Rumahtropis
(*)