Teknologi yang dimaksud meliputi teknologi transportasi, rantai dingin (cold chain), dan lainnya yang bisa menyebabkan panganjadi mudah rusak ataupun susut.
2. Kurangnya edukasi soal penyimpanan yang benar ke pekerja lapangan
Pekerja lapangan kurang paham sehingga cara nyimpan salah, perlakuan kurang baik terhadap makanan.
3. Preferensi konsumen yang menilai makanan hanya berdasar aspek sensori.
Berhubungan dengan kebiasan dan perilaku masyarakat (sebagai konsumen) dalam menilai dan menghargai pangan.
Konsumen seringkali menilai pangan hanya berdasarkan aspek sensori saja.
Baca Juga: Limbah Makanan yang Jadi Masalah, Apa Beda Food Loss dan Food Waste?
Hanya mau makan atau membeli makanan yang terlihat bagus, seperti warna dan bentuknya. Sehingga jika ada produk yang bentuknya tidak sesuai dengan keinginan atau ekspektasinya seringkali produk tersebut disisihkan dan akhirnya terbuang.
Masyarakat juga tidak mau membeli makanan yang bentuknya berbeda dari yang biasa dia beli, padahal sebenarnya secara nutrisi sama saja. Akhirnya makanan ini engga kejual dan akhirnya kebuang karena konsumen tidak suka atau tidak mau beli.
4. Di rumah tangga, kurang memahami bagaimana seharusnya menyimpan makanan.
Seperti diketahui, tidak semua makanan itu bakal tahan lama kalau dimasukkan ke kulkas. Beberapa makanan tertentu justru makin cepat busuk atau berjamur jika di dalam kulkas.
5. Kelebihan porsi dan perilaku konsumen.