Atap Bertingkat
Rumah tradisional Indonesia sebenarnya adalah rumah yang dibangun dengan kearifan untuk menyesuaikan dengan kondisi iklim alaminya.
Hal ini terlihat pada bentuk atap, struktur atap yang terbuat dari kayu dan dilapisi dengan genteng tanah liat, sirap atau daun alang-alang.
Pada rumah tropis tradisional, atap memiliki bentuk yang miring dan kerap dibuat dengan struktur yang bertingkat-tingkat.
Antara tingkat yang satu dengan yang lain memiliki jarak yang diisi dengan kisi-kisi (jalusi atau krepyak) untuk mengalirkan udara serta mengurangi tekanan udara panas di dalam rumah.
Pola aliran udaranya adalah sebagai berikut: kisi-kisi yang berada di antara atap yang bertingkat-tingkat akan menarik udara yang dingin dari luar dan mengalirkannya ke bagian bawah atap sehingga udara di bawah atap akan selalu berganti dan udara di dalam ruangan akan menjadi sejuk.
Umumnya, kemiringan atap yang terbentuk pada rumah tropis tidak kurang dari 35°.
Bentuk atap pelana yang miring ini berguna juga untuk mengalirkan air hujan yang jatuh pada atap. Selain itu, bukaan jendela atau jalusi yang memisahkan lapisan atap tingkat atas dan tingkat bawah, selain berfungsi sebagai sirkulasi udara juga berfungsi sebagai masuknya penyinaran alami (day lighting).
Menara Angin
Rumah-rumah yang berada di daerah dengan iklim panas ada yang menggunakan menara angin untuk mengakali panasnya udara dalam rumah akibat kondisi lingkungannya.