Arsitektur ini kurang mendapat tempat di Eropa namun berkembang subur di Amerika khususnya pada tahun 1930-an.
Pada arsitektur, gaya ini kerap menggunakan bahan dengan kualitas mahal secara berlebihan, seperti penggunaan patung dan panel kaca.
Pada pemilihan furnitur, gaya art deco menekankan pada pemakaian perabot dari bahan kayu tropis seperti eboni, palem, kayu zebra.
Baca Juga:Ini Dia Kelebihan Properti Syariah yang Menyasar Pekerja Informal
Selain itu, perabot gaya ini juga sering menggunakan gading dan besi tempa sebagai pemanis ruangan.
Penggunaan perabot bergaya ini biasanya diproduksi secara massal dan murah.
Sehingga bahan yang digunakan lebih banyak bahan-bahan keluaran pabrik.
Di Indonesia, arsitektur bergaya art deco menggunakan warna-warna material yang mencirikan gaya art deco tropis.
Beberapa bangunan bergaya art deco di Indonesia antara lain, Hotel Preanger dan Villa Isola.
Industrial
Baca Juga:Kembali Menghebohkan, Dubai Akan Luncurkan Mal Terbesar di Dunia