Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Gerakan Earth Hour 2019 Dorong Masyarakat Gunakan Transportasi Umum Demi Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Agnes - Kamis, 28 Maret 2019 | 10:15
Earth Hour 2019
twitter

Earth Hour 2019

IDEAonline-Earth Hour sebagai gerakan akar rumput terbesar untuk lingkungan akan kembali mempersatukan jutaan orang di dunia.

Gerakan ini akan menunjukkan komitmen dan kontribusi manusia terhadap planet sebagai tempat yang ditinggalinya.

Earth Hour 2019 akan berfokus pada upaya peningkatan kesadaran dan tindakan untuk penurunan emisi gas rumah kaca untuk mengurangi dampak perubahan iklim.

Alasannya karena keanekaragaman hayati yang menurun dan juga tantangan perubahan iklim yang melatarbelakangi kehidupan kita.

Di Earth Hour 2019, WWF-Indonesia bersama dengan Komunitas Earth Hour di 30 kota mengajak Presiden RI, pemimpin kota, pemerintah lokal, pimpinan perusahaan dan masyarakat khususnya generasi muda, untuk menjadi bagian dalam membangun masa depan.

Baca Juga : Sempat Mengisi Hari-hari Ariel Noah, Begini Penampilan Sarah Amalia yang Kini Mantap Berhijrah, Makin Cantik!

Khususnya untuk membangun masa depan dan juga planet bumi yang sehat dan berkelanjutan.

Dalam gerakan ini, WWF berharap untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, khsususnya lebih dari 5 juta anak muda untuk mengadopsi gaya hidup yang lebih hijau pada tahun 2020.

Salah satu upayanya adalah penggunaan trasnportasi umum alih-alih transportasi pribadi.

Alasannya demi mengurangi emisi Gas Rumah Kaca atau GRK.

“Earth Hour adalah momen untuk mengembalikan hubungan yang lebih baik antara manusia dengan alam, serta menempatkan pelestarian lingkungan sebagai prioritas utama dalam agenda nasional dan lokal,” ujar Rizal Malik, CEO WWF-Indonesia.

Baca Juga : Jadi Tempat Kenangan, Barang-barang Pribadi Nike Ardilla di Kamar Tidurnya Ini Banyak Dicuri Penggemar

“Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebanyak 29% pada 2030, dan 11 persennya adalah dari transportasi publik, untuk itu publik juga harus ikut serta dengan cara menggunakan transportasi publik”, lanjut Rizal.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, konsumsi energi di sektor transportasi 2007 sebesar 29% dan meningkat menjadi 47% pada 2017.

Tercatat pada 2016, sektor transportasi menghasilkan emisi sebanyak 1,28 juta ton dengan rata-rata peningkatan 6,7% per tahun.

Peningkatan emisi ini lebih besar 1,5 kali lipat dari konsumsi bahan bakarnya.

Untuk mengupayakan ini, Direktur Utama PT MRT Jakarta, William P Sabandar, menyampaikan bahwa MRT Jakarta berkomitmen untuk mendukung gerakan Earth Hour 2019 guna mengurangi dampak pemanasan global.

MRT sebagai moda transportasi baru di Jakarta aktif mengajak masyarakat untuk menerapkan gaya hidup ramah lingkungan.

Baca Juga : Selain Estetis, Sanitari Ware Cotto Ini DiKalim Ramah Lingkungan

Caranya adalah dengan beralih dari transportasi pribadi ke transportasi umum.

Senada dengan MRT, moda transportasi Transjakarta melalui Agung Wicaksono, Direktur TransJakarta menyatakan, “Emisi CO2 dari transportasi berkontribusi sampai 46% terhadap emisi di perkotaan, apalagi kalau menggunakan kendaraan pribadi.

TransJakarta berjuang untuk memudahkan warga naik transportasi massal dengan mengintegrasikan rute dan haltenya dengan MRT, LRT, dan KRL. Baik rute pengumpan dari kawasan pemukiman di selatan ke Lebak Bulus danFatmawati, maupun rute lanjutan dari MRT di tengah kota seperti Dukuh Atas dan HI.

Ke depannya, bahkan electric mobility bisa menjadi pilihan untuk menekan lagi emisi, dengan melalui ujicoba terlebih dahulu,”

Baca Juga : Banyak yang Minta Balikan, Ini Dia Lika-liku Perjalanan Cinta Luna Maya dan Ariel Noah

Dalam penelitian terbaru WWF di 10 negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia menemukan bahwa hanya 40% orang yang mengaitkan manfaat alam dengan kebutuhan hidup seperti makanan, air, dan udara segar.

"Alam sangat penting di kehidupan sehari-hari untuk semua orang.

Tetapi yang kita lakukan justru mendorong planet ini ke batas limitnya dan kondisi alam sangat terancam," ujar Marco Lambertini, Direktur Jenderal, WWF Internasional.

"Sekarang saatnya bertindak.

Baca Juga : 5 Inspirasi Eksterior Rumah yang Bikin Hunianmu Jadi Mengesankan

Earth Hour 2019 adalah kesempatan yang tidak dapat diabaikan untuk menciptakan gerakan bersama-sama untuk mengatasi perubahan iklim.”

Tidak hanya menganjurkan untuk menggunakan transportasi publik, bersama Komunitas Earth Hour, WWF-Indonesia juga akan menginisiasi penanaman 20.000 bibit bakau di 13 wilayah.

Seperti terumbu karang, hutan bakau adalah ekosistem yang sangat produktif yang menyediakan banyak sumber alami yang baik untuk lingkungan laut dan manusia.

Indonesia adalah rumah bagi seperempat populasi hutan bakau dunia, dan melestarikan hutan bakau sangat penting dalam mengurangi kerusakan lebih lanjut terhadap keanekaragaman hayati dan perubahan iklim.(*)

Baca Juga : Dirantai 120 Tahun, Ini Dia Alasan Mengejutkan Kenapa Perwira Militer Tidak Melepaskan Pohon Ini

Editor : iDEA

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular