Yogyakarta sebagai lokasi hunian juga ternyata menjadi kendala.
“Proses pembangunan hampir memakan waktu 7 bulan. Saya harus mengambil beberapa material dari Jakarta, karena beberapa material tidak kami temukan di Yogyakarta,” kisah ibu satu anak ini.
Sebagai dekorasi, banyak unsur lokal yang dihadirkan di hunian ini, mulai dari batik, wayang, dan material rotan. Rupanya, hal tersebut ada tujuannya.
Baca Juga: Berawal dari Shabby Chic, Dapur Skandinavia Milik Ria Miranda Berhasil Bikin Iri!
“Saya ingin menanam kecintaan anak saya terhadap budaya Indonesia. Ketika saya kecil, saya berada di lingkungan yang cinta budaya.
Saya pun ingin menciptakan suasana masa kecil saya dengan menimbulkan efek nostalgia. Selain itu, beberapa kali saya melihat beberapa ‘konsep natural’ terlalu mengedepankan budaya ‘orang luar’.
Baca Juga: Rumah Mungil Tetap Lega dengan Sofa Bed, Atur dan Pilih Seperti Ini!
"Saya orang Indonesia, maka saya menggunakan konsep natural dengan kearifan lokal,” cerita wanita penyuka warna biru ini.
Tidak hanya itu, hunian ini juga dihiasi beberapa mural karya dari Tempa, Rara Kuastra dan Putud Utama, yang berhasil menjadi pemikat mata. Misalnya, mural pada kamar anak.