Tujuannya untuk mengurangi kebisingan.
Sedangkan dapur diletakan di depan agar mempermudah sirkulasi pembantu dan pembuangan sampah rumah.
Tak hanya menghubungkan antarruang, ruang makan juga seolah menyatukan ruang taman depan dengan taman belakang.
Terlebih, penyekat antara ruang dalam dengan ruang luar hanya berupa jendela kaca dan pintugeser dengan kawat kasa.
“Bentuk bangunan awalnya L.
Tapi, agar taman depan dapat dinikmati dari ruang makan, bangunan depan di-twist.
Hasilnya ruang makan diapit taman belakang dan di depan.
Secara bentuk memang jadi asimetris,” tutur arsitek lulusan Unversitas Parahyangan ini.
“Saya juga menekankan ke tiap klien, bahwa udara dan cahaya alami adalah ‘harga mati’.
Mau tidak mau, ruangan jadinya single loaded.