IDEAonline- Fasad yang unik langsung mencuri perhatian siapa pun ketika datang ke rumah ini.
Keunikan itu berasal dari pemakaian material dan aplikasinya yang tak “biasa” yang digunakan sebagai secondary skin muka bangunan ini.
Ternyata desain unik ini lahir dari sebuah keterbatasan dan kekurangan pada tapak hunian yang berhasil diubah menjadi potensi oleh kr eativitas arsitek Cosmas D. Gozali.
Tapak hunian ini memanjang ke belakang di mana 3 sisinya berbatasan langsung dengan tetangga.
Hanya tampak depan yang berbatasan dengan jalan yang dapat diekspos.
Karenanya, tampak depan inilah yang diolah secara maksimal oleh sang arsitek.
Bukan dinding polos yang ditampilkan, namun aplikasi secondary skin, yang selain fungsional, juga estetis.
Gaya natural resor Bali yang kontemporer diterjemahkan oleh arsitek dalam taman di area luar dan dalam.
Hal ini menjadi wujud kecintaan pemilik rumah terhadap budaya Bali.
Pemilik LB/LT: 715 m²/450 m² adalah pasangan suami-istri berusia di atas 50 tahun.
Sang suami menyukai konsep budaya Bali, sedangkan sang istri menyukai konsep modern yang berkesan luas dan peduli terhadap safety rumah.
“Dengan konsep ini, kita juga dapat memaksimalkan bukaan sehingga menambah pencahayaan alami dan pengudaraan silang dalam rumah ini,” tambah Cosmas.
Konsep taman dalam, penggunaan material batu alam, bata ekspos dan lansekap ala Bali, diolah secara modern.
Banyaknya bukaan-bukaan dan taman di dalam rumah agak bersilangan dengan aspek safety yang menjadi concern dari pemilik (sang istri).
Oleh karena itu, ditambahkan teralis pada fasad depan.
Teralis ini, selain menjadi pengaman, juga sebagai eleman estetika yang membuat rumah ini unik dan menonjol di antara rumah rumah lainnya.
Keberadaan taman tentu tak disia-siakan.
Karenanya, layout ruangan dalam rumah ini disusun sedemikan rupa sehinggasetiap ruang utama (ruang makan dan pantri, ruang keluarga, kamar utama dan kamar anak) memiliki orientasi ke arah taman dalam (courtyard) untuk memaksimalkan view, pencahayaan, dan pengudaraan alami.
Kehadiran courtyard untuk memberi kesan ruang yang lebih lapang karena lahan yang tersedia untuk hunian ini memang tak terlalu luas.
“Konsep inside-out ini membuat penghuni dapat merasakan seperti sedang berada di area luar yang asri dan hijau,” ujar Cosmas.
Baca Juga: Apa sih Urban Farmer House? Begini Konsep Hunian yang Dapat Dicontek, Mudah!
Rumah ini juga dipenuhi detail yang menambah artistik setiap sudut ruang.
Pemilihan material di hunian ini menggabungkan kesan mewah dan modern, namun tetap mencirikan kesan alam ala Bali.
Hampir di semua ruang menggunakan marmer sebagai pelapis lantai.
Statuario, antique wood, dan yellow travertine adalah jenis marmer yang digunakan dalam rumah ini.
Penggabungan stainless steel dengan material alam (seperti bata ekspos dan kayu) memberikan kesan resor Bali.
Baik interior maupun eksterior hunian didominasi putih yang dipadankan dengan warna natural resor Bali seperti cokelat kayu maupun terakota.
Warna putih mencerminkan kesan clean, simpel sekaligus mewah.
Penggunaan warna putih juga dapat diibaratkan sebagai kanvas yang dapat menonjolkan war na-warna alam sehingga menghasilkan perpaduan warna yang mencirikan kesan Bali namun kontemporer dan modern.
Membawa lingkungan luar ke dalam bangunan diterapkan pada hunian ini.
Seluruh ruang di rumah ini memiliki akses ke arah taman dalam.
Bukaan-bukaan yang menghadap ke taman maupun courtyard menciptakan batasan tipis antara ruang luar dan dalam.
Hal ini mempertegas kesan menyatu dengan lingkungan.
Bukaan-bukaan juga memaksimalkan pencahayaan alami dan pengudaraan silang.
Artikel ini tayang di majalah IDEA edisi 170 (*)