Walau saat itu nenek moyang pun belum mengenal material itu, namun arsitektur lokal yang mereka terapkan setidaknya memberikan wacana bahwa hunian selayaknya kontekstual dengan kondisi lingkungan.
Mengapa?
Karena, kita berada di sirkum yang rawan gempa.
Konstruksi Tradisional
Tak hanya di Indonesia.
Arsitektur Tradisional Jepang yang terkenal aman gempa pun menerapkan konsep yang sama.
Material yang ringan berupa dinding kertas, kolom bambu, lantai kayu, dan bentuk simetris, menjadi konsep dasar bangunan tanggap gempa.
Baca Juga: Ternyata Ini Plafon Tahan Gempa yang Digunakan Merestorasi Sekolah di Lombok

Rumah adat Dayak.
Konsep penginapan di Batam yang kontekstual dangan alam sekitar.
Kumiko Homma (mahasiswa asal Jepang) pun berpendapat bahwa masyarakat Jepang tak pernah berfikir sebelumnya untuk membuat rumah yang semata-mata tahan gempa, tapi mereka merancang atas dasar responnya terhadap kondisi lingkungan sekitar.